Hujan yang tak kunjung datang dalam waktu lama, mengeringkan sumur-sumur warga. Mereka pun lantas memburu jasa pengeboran sumur untuk memperdalam sumurnya. Tak heran, jasa pengeboran sumur ini menuai lonjakan permintaan hingga 50% dalam sebulan terakhir.Musim kemarau yang melanda Jakarta dan beberapa kota besar lainnya mengakibatkan berkurangnya air pada beberapa sumur. Padahal, air bersih merupakan kebutuhan vital dalam kehidupan sehari-hari rumah tangga. Alhasil, untuk mengembalikan pasokan air, banyak warga yang memperdalam atau membuat sumur baru di halaman rumah mereka. Tak heran, pembuat sumur pun mendulang kenaikan omzet dalam sebulan terakhir ini. Surya Irawan, Pemilik PT Menara Asia Global (MAG) di Jakarta Barat mengakui, permintaan pembuatan sumur bor melonjak hingga 50% sejak bulan lalu. "Kami sampai kewalahan, hingga tak bisa meladeni semua permintaan karena keterbatasan tenaga," ujar Surya yang menuai omzet hingga 150 juta berkat kenaikan ini. Dengan lima tim pembuat sumur, MAG bisa mengerjakan delapan hingga 12 titik di Jabodetabek setiap bulan. Karena permintaan yang meningkat drastis, Surya pun sering melempar proyek ke kompetitornya. "Permintaan dari perumahan baru mungkin bisa menunggu, tapi kalau rumah sudah berpenghuni, mereka tak bisa menunggu," ujarnya. Selain pabrik dan perkantoran, MAG banyak mengerjakan pengeboran sumur untuk perumahan. "Mayoritas konsumen sumur bor adalah perumahan dengan kedalaman sumur hingga 60 meter," imbuh pria yang mewarisi usaha orang tuanya ini. Tarif yang dipatok pun beragam, berdasarkan lokasi pengeboran. Untuk wilayah sekitar Jakarta, tarifnya berkisar Rp 200.000 hingga Rp 400.000 per meter dengan diameter antara 4 inci - 6 inci. "Patokan harga juga disesuaikan dengan debit air yang diinginkan klien," jelas Surya. Sebelum pengeboran, MAG selalu melakukan survei lokasi untuk mengukur kadar air tanah yang akan disesuaikan dengan kedalaman pengeboran. "Kami maksimal mengebor hingga kedalaman 200 meter," kata Surya. Semburan rezeki juga menimpa PT Sumber Mineral Jaya (SMJ) di Bekasi. Menurut Adi Sucipto, Pemilik SMJ, permintaan pengeboran sumur naik 30% sejak dua bulan lalu. Adi yang diperkuat dengan lima tim pengebor, bisa melayani pembuatan sumur di delapan hingga sepuluh titik setiap bulan. Ia pun masih bisa menampung lonjakan permintaan. Sama seperti Surya, klien Adi datang dari pengembang perumahan maupun pihak perorangan. Tarifnya, berkisar Rp 200.000 hingga Rp 300.000 per meter dengan diameter 5 inci - 6 inci. Adanya kenaikan permintaan ini pun mendongkrak omzet SMJ, Jika biasanya mereka meraup omzet Rp 80 juta per bulan, di kemarau kali ini, SMJ pun bisa dapat duit hingga Rp 100 juta per bulan. Dari perolehan itu, pengebor bisa mendapatkan keuntungan 20% hingga 25% dari omzet. "Biaya pemeliharaan alat dan tenaga kerja cukup besar," ujar Surya. Meski ada perusahaan milik Pemerintah Daerah yang menyuplai kebutuhan air bersih, bisnis sumur bor ini tak pernah surut. Pasalnya, karena pelayanan perusahaan air minum yang belum baik, memaksa mereka untuk membuat sumber air sendiri untuk menghadapi kondisi darurat. Selain itu, maraknya pembangunan rumah-rumah baru juga punya andil besar dalam kelancaran usaha pembuatan sumur bor ini. Maklum, pengembang biasanya memberi fasilitas sumur bor untuk rumah baru yang ditawarkan.Meski permintaan terus berdatangan, tak menurunkan tingkat persaingan di bisnis ini. Tingkat persaingan tinggi karena pemain baru juga terus bermunculan. Apalagi, jumlah pengebor sumur perseorangan pun kian banyak. Namun, kondisi ini tak mengkhawatirkan Adi. "Asalkan kami bisa mempertahankan kualitas dan kepuasan pelanggan, kami yakin bisnis kami akan terus berkembang," ujar pria yang kliennya juga tersebar di Bandung ini. Adapun Surya menyiasati persaingan dengan memberikan pelayanan yang berkualitas. "Meski pemain banyak, kami bersaing lewat kualitas pelayanan. Itulah sebabnya kami punya pelanggan yang loyal," katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Fulus menyembur dari lubang sumur
Hujan yang tak kunjung datang dalam waktu lama, mengeringkan sumur-sumur warga. Mereka pun lantas memburu jasa pengeboran sumur untuk memperdalam sumurnya. Tak heran, jasa pengeboran sumur ini menuai lonjakan permintaan hingga 50% dalam sebulan terakhir.Musim kemarau yang melanda Jakarta dan beberapa kota besar lainnya mengakibatkan berkurangnya air pada beberapa sumur. Padahal, air bersih merupakan kebutuhan vital dalam kehidupan sehari-hari rumah tangga. Alhasil, untuk mengembalikan pasokan air, banyak warga yang memperdalam atau membuat sumur baru di halaman rumah mereka. Tak heran, pembuat sumur pun mendulang kenaikan omzet dalam sebulan terakhir ini. Surya Irawan, Pemilik PT Menara Asia Global (MAG) di Jakarta Barat mengakui, permintaan pembuatan sumur bor melonjak hingga 50% sejak bulan lalu. "Kami sampai kewalahan, hingga tak bisa meladeni semua permintaan karena keterbatasan tenaga," ujar Surya yang menuai omzet hingga 150 juta berkat kenaikan ini. Dengan lima tim pembuat sumur, MAG bisa mengerjakan delapan hingga 12 titik di Jabodetabek setiap bulan. Karena permintaan yang meningkat drastis, Surya pun sering melempar proyek ke kompetitornya. "Permintaan dari perumahan baru mungkin bisa menunggu, tapi kalau rumah sudah berpenghuni, mereka tak bisa menunggu," ujarnya. Selain pabrik dan perkantoran, MAG banyak mengerjakan pengeboran sumur untuk perumahan. "Mayoritas konsumen sumur bor adalah perumahan dengan kedalaman sumur hingga 60 meter," imbuh pria yang mewarisi usaha orang tuanya ini. Tarif yang dipatok pun beragam, berdasarkan lokasi pengeboran. Untuk wilayah sekitar Jakarta, tarifnya berkisar Rp 200.000 hingga Rp 400.000 per meter dengan diameter antara 4 inci - 6 inci. "Patokan harga juga disesuaikan dengan debit air yang diinginkan klien," jelas Surya. Sebelum pengeboran, MAG selalu melakukan survei lokasi untuk mengukur kadar air tanah yang akan disesuaikan dengan kedalaman pengeboran. "Kami maksimal mengebor hingga kedalaman 200 meter," kata Surya. Semburan rezeki juga menimpa PT Sumber Mineral Jaya (SMJ) di Bekasi. Menurut Adi Sucipto, Pemilik SMJ, permintaan pengeboran sumur naik 30% sejak dua bulan lalu. Adi yang diperkuat dengan lima tim pengebor, bisa melayani pembuatan sumur di delapan hingga sepuluh titik setiap bulan. Ia pun masih bisa menampung lonjakan permintaan. Sama seperti Surya, klien Adi datang dari pengembang perumahan maupun pihak perorangan. Tarifnya, berkisar Rp 200.000 hingga Rp 300.000 per meter dengan diameter 5 inci - 6 inci. Adanya kenaikan permintaan ini pun mendongkrak omzet SMJ, Jika biasanya mereka meraup omzet Rp 80 juta per bulan, di kemarau kali ini, SMJ pun bisa dapat duit hingga Rp 100 juta per bulan. Dari perolehan itu, pengebor bisa mendapatkan keuntungan 20% hingga 25% dari omzet. "Biaya pemeliharaan alat dan tenaga kerja cukup besar," ujar Surya. Meski ada perusahaan milik Pemerintah Daerah yang menyuplai kebutuhan air bersih, bisnis sumur bor ini tak pernah surut. Pasalnya, karena pelayanan perusahaan air minum yang belum baik, memaksa mereka untuk membuat sumber air sendiri untuk menghadapi kondisi darurat. Selain itu, maraknya pembangunan rumah-rumah baru juga punya andil besar dalam kelancaran usaha pembuatan sumur bor ini. Maklum, pengembang biasanya memberi fasilitas sumur bor untuk rumah baru yang ditawarkan.Meski permintaan terus berdatangan, tak menurunkan tingkat persaingan di bisnis ini. Tingkat persaingan tinggi karena pemain baru juga terus bermunculan. Apalagi, jumlah pengebor sumur perseorangan pun kian banyak. Namun, kondisi ini tak mengkhawatirkan Adi. "Asalkan kami bisa mempertahankan kualitas dan kepuasan pelanggan, kami yakin bisnis kami akan terus berkembang," ujar pria yang kliennya juga tersebar di Bandung ini. Adapun Surya menyiasati persaingan dengan memberikan pelayanan yang berkualitas. "Meski pemain banyak, kami bersaing lewat kualitas pelayanan. Itulah sebabnya kami punya pelanggan yang loyal," katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News