JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat. Kini rupiah kembali ke level Rp 11.000-an setelah betah bertengger di level Rp 12.000-an. Kurs tengah BI berada di level Rp 11.886 per dolar AS. Bank Indonesia (BI) menilai penguatan rupiah merupakan cerminan dari fundamental perekonomian Indonesia yang baik. Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, sisi fundamental maupun teknikal ekonomi Indonesia, mendukung sentimen positif terhadap rupiah. "Wajar rupiah menguat. Fundamental ekonomi kita baik," ujar Perry di Gedung BI, Jakarta, Jumat (14/2). Menurut Perry, sisi fundamental seperti percepatan penurunan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) yang lebih cepat dari perkiraan, membantu mendorong positifnya ekonomi Indonesia. Membaiknya kinerja ekspor khususnya non migas, penurunan impor serta terkendalinya tingkat inflasi, membantu menopang penguatan rupiah. "Semua itu dari sisi fundamental mendukung sisi positif terhadap nilai tukar," jelas Perry. Sementara itu, isu global seperti pengurangan bertahap stimulus moneter atau tapering off yang dilakukan bank sentral Amerika Serikat, menurut Perry tidak terlalu banyak memberikan tekanan terhadap rupiah. Sehingga menurutnya, sangat wajar jika perkembangan rupiah memiliki kecenderungan menguat.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Fundamental ekonomi bagus, rupiah kembali perkasa
JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat. Kini rupiah kembali ke level Rp 11.000-an setelah betah bertengger di level Rp 12.000-an. Kurs tengah BI berada di level Rp 11.886 per dolar AS. Bank Indonesia (BI) menilai penguatan rupiah merupakan cerminan dari fundamental perekonomian Indonesia yang baik. Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, sisi fundamental maupun teknikal ekonomi Indonesia, mendukung sentimen positif terhadap rupiah. "Wajar rupiah menguat. Fundamental ekonomi kita baik," ujar Perry di Gedung BI, Jakarta, Jumat (14/2). Menurut Perry, sisi fundamental seperti percepatan penurunan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) yang lebih cepat dari perkiraan, membantu mendorong positifnya ekonomi Indonesia. Membaiknya kinerja ekspor khususnya non migas, penurunan impor serta terkendalinya tingkat inflasi, membantu menopang penguatan rupiah. "Semua itu dari sisi fundamental mendukung sisi positif terhadap nilai tukar," jelas Perry. Sementara itu, isu global seperti pengurangan bertahap stimulus moneter atau tapering off yang dilakukan bank sentral Amerika Serikat, menurut Perry tidak terlalu banyak memberikan tekanan terhadap rupiah. Sehingga menurutnya, sangat wajar jika perkembangan rupiah memiliki kecenderungan menguat.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News