Fundamental ekonomi domestik dan pernyataan dovish The Fed jadi obat kuat bagi IHSG



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks harga saham gabungan (IHSG) melanjutkan tren menguat pada Jumat (11/1). IHSG ditutup menguat 32,75 poin atau sebesar 0,52% ke level Rp 6.361,46. Fundamental ekonomi dalam negeri dan pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell menjadi tenaga penguat IHSG pada perdagangan Jumat (11/1).

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji berpendapat, Moving Average Convergence Divergence (MACD) secara teknikal masih berada di area positif berdasarkan indikator. Namun, Stochastic dan Relative Strength Index (RSI) sudah berada di area jenuh beli. Di sisi lain, terlihat pola hanging man candle yang mengindikasikan adanya koreksi wajar pada pergerakan IHSG sehingga berpeluang menuju ke area support.

Menurut Nafan, ada dua faktor yang memengaruhi menguatnya IHSG hari ini. Pertama, stabilitas fundamental makroekonomi dalam negeri yang inklusif dan berkesinambungan. Hal tersebut memberikan efek positif bagi peningkatan pembelian bersih oleh investor asing ke pasar modal di tanah air. 


“Katalis positifnya adalah misalnya terkait dengan meningkatnya cadangan devisa RI per Desember menjadi US$ 120,7 miliar. Selain itu, data penjualan retail per November meningkat 3,4% dari 2,9% secara tahunan,” jelas Nafan, Jumat (11/1).

Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido juga bilang, pengaruh kenaikan IHSG itu berkat korelasi beberapa sentimen, salah satunya penguatan rupiah. Penguatan rupiah terhadap dollar mendorong peningkatan investor asing ke pasar. Praktis, peningkatan dana asing akan berkontribusi terhadap penguatan IHS seperti hari ini.

“Secara faktor internal, data kita lebih baik. Misalnya, data ritel menaik, consumer confidence juga naik. Selain itu, cadangan devisa Desember juga bagus,” ujar Kevin kepada Kontan.co.id, Jumat (11/1).

Menurut kedua analis, faktor eksternal yang berperan menguatkan IHSG hari ini adalah pernyataan dovish Gubernur The Fed Jerome Powell terkait dengan meningkatnya jumlah utang AS dengan total sebesar US$ 21,9 triliun. “Pernyataan tersebut memberikan implikasi bagi tertahannya laju kenaikan suku bunga ke depannya,” ujar Nafan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi