Fundamental WTON ditopang beton



KONTAN.CO.ID - Rencana pemerintah membatasi penjualan beton pracetak (precast) yang dimonopoli anak usaha badan usaha milik negara (BUMN) diperkirakan dapat mempengaruhi kinerja emiten beton. Salah satunya adalah PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON), yang selama ini jadi pemasok PT Wijaya Karya Tbk.

Namun, Analis BCA Sekuritas Michael Ramba yakin, rencana tersebut tak berdampak signifikan pada kinerja WTON. Pasalnya, porsi kontrak dari WIKA yang merupakan induk usaha WTON saat ini hanya 15%20%.

Selama ini, mayoritas beton produksi perusahaan ini dipasarkan ke sektor swasta. "Kami yakin semua tren positif dapat mempertahankan kinerja WTON hingga akhir 2018," ujar Michael dalam risetnya. Tahun ini, BCA Sekuritas optimistis, order book WTON akan mencapai Rp 10 triliun.


Serupa, Analis Binaartha Parama Reza Priyambada mengatakan, jika rencana pembatasan tersebut dilakukan, efeknya pada kinerja WTON tidak akan besar. "Nantinya WTON pasti mampu mencari proyek lain di luar WIKA dan kemungkinan perusahaan malah lebih leluasa menentukan harga kontraknya," ungkap dia, Selasa (19/9).

Kinerja perusahaan beton ini di semester I-2017 pun ciamik, berkat eksekusi proyek yang lebih cepat. Tengok saja, pendapatan WTON dalam enam bulan pertama tahun ini mencapai Rp 1,99 triliun, atawa melesat 31,49% ketimbang realisasi di periode yang sama tahun sebelumnya.

Rencana perusahaan ini meningkatkan kapasitas produksi menjadi 3 juta ton per tahun diharapkan dapat mengerek pendapatan WTON. Selain itu, perusahaan ini juga sedang mengembangkan produk ready mix concrete. "Penambahan kapasitas akan meningkatkan kemampuan mengejar kontrak baru," tambah Michael.

Penurunan margin

Asal tahu saja, hingga Agustus 2017, kontrak baru yang dikantongi WTON sudah mencapai Rp 3,2 triliun. Angka itu setara 45,7% dari target perusahaan yang dipatok di level Rp 7 triliun. Proyek yang diperoleh WTON masih didominasi infrastruktur.

Michael memprediksi, hingga akhir 2017, pendapatan WTON mencapai Rp 4,95 triliun. Sementara laba bersih bisa mencapai Rp 378 miliar.

Reza juga masih melihat prospek WTON di semester dua tahun ini bakal positif. Sebab, selain mengantongi permintaan beton dari pemerintah, perusahaan ini juga memiliki pembeli dari pengembang properti. Nah, dengan fundamental yang kuat, harga saham WTON dinilai masih di bawah nilai wajar.

Hal serupa juga diungkapkan Analis Ciptadana Asia Sekuritas Arief Budiman. Pada kuartal dua lalu, porsi kontrak yang diperoleh dari WIKA cuma sebesar 24%. Jumlah tersebut masih jauh di bawah rencana pembatasan yang sebesar 50%.

Namun, jumlah tersebut masih meningkat dari porsi kontribusi kontrak ke WIKA di kuartal I-2017 yang hanya 14%. "Kami yakin ini bukan masalah bagi WTON," tulis Arief dalam risetnya.

Selain memasok bagi proyek WIKA, kini produk WTON sudah digunakan untuk beragam jenis proyek. Mulai dari pembangkit listrik, jalan tol, rel kereta api, ladang minyak dan gas, serta LRT.

Hanya saja investor perlu mewaspadai penurunan margin perusahaan akibat beban yang meningkat. Margin laba kotor emiten ini melemah dari 16,9% di kuartal satu menjadi 16,6%. "Kami percaya ini karena libur Idul Fitri yang panjang, jadi meningkatkan biaya per unit," terang Arief.

Para analis sepakat memberi rekomendasi beli untuk WTON. Arief memasang target harga Rp 910 per saham. Sementara Michael menetapkan target harga WTON di Rp 850 per saham. Lalu, target harga dari Reza di Rp 935 per saham. Kemarin, WTON ditutup di Rp 565 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie