FWD Life incar posisi 10 besar asuransi



JAKARTA. Kendati baru resmi beroperasi 20 Januari 2014 lalu, PT Finansial Wiramitra Danadyaksa alias FWD Life Indonesia berambisi sudah masuk sebagai perusahaan asuransi jiwa 10 besar di Tanah Air lima tahun mendatang.

Itu artinya perseroan harus bekerja keras, mengingat posisinya saat memperoleh izin Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun lalu, FWD Life Indonesia masih berada di peringkat ke-47.

Perusahaan yang sebelumnya dikenal sebagai PT Asuransi Agrapana Aksata ini mengklaim membawa keunikan tersendiri bagi pasar asuransi jiwa di Indonesia. Yakni, melalui teknologi berbasis elektronik (e-platform). Teknologi ini meminimalisir penggunaan kertas dalam proses pemasaran dan penutupan risiko calon nasabah, karena tenaga pemasarnya menggunakan tablet sebagai alat bantu.


Adi Chandra, Chief Marketing Officer FWD Life Indonesia optimistis, pihaknya dapat masuk sebagai 10 perusahaan asuransi jiwa terbesar dengan strategi bisnisnya, antara lain multi-distribution. “Kami akan menawarkan produk melalui berbagai kanal. Saat ini, baru keagenan dan bancassurance, nanti masih akan ada lagi jalur yang lain,” ujarnya, Selasa (19/8).

Dari sisi produk, sambung dia, perseroan berusaha menghadirkan beragam produk sesuai kebutuhan masyarakat, seperti asuransi jiwa berbasis investasi (unitlink) dengan manfaat tambahan, antara lain asuransi penyakit kritis, kesehatan, pendidikan dan pensiun, termasuk juga asuransi jiwa tradisional. “Dalam pipeline kami, ada sekitar 2 produk asuransi lagi yang akan diluncurkan tahun ini dan juga beberapa mitra baru,” terang Adi.

Sejak resmi beroperasi 20 Januari 2014 hingga pertengahan tahun ini, FWD Life Indonesia tercatat mengantongi premi Rp 25 miliar. Dari angka itu, 98% di antaranya berasal dari produk unitlink dan sisanya berasal dari asuransi jiwa tradisional. FWD Life beroperasi lewat dua kantor cabangnya di Jakarta dan Surabaya.

Adapun, total tenaga pemasar FWD Life Indonesia mencapai 1.800 agen. Angka ini melebihi ekpektasi perseroan yang hanya sebanyak 1.200 agen. “Mungkin, kami akan meningkatkan penetrasi bisnis agen terlebih dahulu ketimbang menambah jumlah agennya di tahun ini. Ini kan cost ya untuk training juga tidak gampang. Jadi, supaya lebih produktif dulu lah,” imbuh Adi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia