MOSKOW. Kelompok negara G-20 sepakat memprioritaskan pertumbuhan ekonomi ketimbang penghematan anggaran. Para pemimpin ekonomi G-20 juga berjanji menggeser kebijakan secara hati-hati agar pemulihan ekonomi tak tersengat gejolak pasar keuangan global. Pernyataan itu merupakan keputusan bersama para menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara G-20 dalam pertemuan di Moskow, Sabtu (20/7) lalu. Indikasi Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) memangkas stimulus moneter mendominasi perdebatan. Negara emerging market sangat mencemaskan kebijakan itu memicu aksi jual di pasar saham dan obligasi, sehingga dollar AS ikut terbang.
Menteri Keuangan Rusia, Anton Siluanov, menyatakan para pengambil kebijakan G-20 belum membuat keputusan menurunkan defisit dan utang pada tahun 2016. "Beberapa orang berpikir bahwa Anda harus terlebih dulu menjamin pertumbuhan ekonomi," ungkap dia, seperti dikutip
Reuters. Sejatinya, pemulihan ekonomi AS telah meningkatkan daya tarik negara itu. Di sisi lain, kinerja ekspor China tersendat, sementara tawaran Jepang untuk keluar dari deflasi belum mencapai kecepatan tinggi. Sedangkan permintaan di Zona Euro terlalu lemah untuk menopang pemulihan dan menciptakan lapangan pekerjaan. "Kami tidak melihat ada kebangkitan pertumbuhan di Eropa," ujar Menteri Keuangan India, Chidambaram Palaniappan. Oleh karena itu, kata dia, skenario terbaik pada hari ini bagi negara maju adalah segera meraih pertumbuhan. Mereka harus ingat bahwa dampak aksi mereka akan mempengaruhi negara berkembang yang besar. Sebuah rancangan akhir memperlihatkan, sebuah rencana aksi mendorong lapangan pekerjaan dan pertumbuhan. Adapun penyeimbangan utang dan permintaan global akan disiapkan dalam pertemuan puncak pemimpin G-20, yang dipandu Presiden Rusia Vladimir Putin, pada September tahun ini. Para pemimpin G-20 tetap memperhatikan risiko dan tidak menginginkan adanya efek samping negatif dari perpanjangan periode pelonggaran kebijakan moneter. Tentunya, perubahan kebijakan moneter di masa depan dilakukan dengan kalibrasi secara hati-hati dan disampaikan dengan jelas.
Sebagai imbalan atas janji untuk memperjelas kebijakan moneternya, Washington berhasil memastikan teks komunike bersama tak mengandung target fiskal yang mengikat. Sumber
Reuters di pertemuan G-20 menyebutkan, Jerman kurang tegas dalam membidik target yang mengikat demi mengurangi utang, seperti sikap negara itu dalam pertemuan G-20 di Toronto pada tahun 2010. Dengan tingkat pengangguran usia muda di Zona Euro yang cukup tinggi, terutama di Yunani dan Spanyol, perdebatan antara penghematan dan pertumbuhan telah bergesar. Hal itu tecermin dari agenda para menteri keuangan dan menteri tenaga kerja G-20 yang menggelar sesi bersama pada Jumat. Krisis di Zona Euro semakin parah lantaran didorong arus modal keluar yang begitu kencang. Komunike bersama G-20 berjanji bergerak secara meyakinkan untuk menciptakan sebuah serikat perbankan di Eropa, yang bisa menghidupkan kembali pinjaman lintas batas.
Editor: Sandy Baskoro