G20 akan duduk semeja membahas krisis global



JAKARTA. Gejolak ekonomi global akibat krisis hutang Eropa, membuat negara anggota G 20 perlu duduk bersama semeja guna membahas program antisipasi. Gabungan dari 20 negara ekonomi terbesar dunia itu berencana membahas potensi perlambatan ekonomi dan ancaman krisis likuiditas.Agus Martowardojo, Menteri Keuangan Indonesia mengatakan, pertemuan yang berlangsung 19 - 20 Januari itu akan diikuti oleh petingkat deputi (Wakil Menteri Keuangan) negara G 20, termasuk Indonesia. Agus bilang, di tengah krisis, anggota G 20 perlu membahas penguatan sistemik terhadap lembaga keuangan baik bank maupun non bank. Selain itu, diperlukan peningkatan kehati-hatian, shadow banking dan pengawasan, pengaturan rating agency, dan pengaturan basel II. Seain membahas krisis global, pertemuan G20 juga membahas soal pangan dan juga energi. "Kita juga membahas pengamanan pangan, energi dan institusi finansial. Kami berharap ada akses lebih besar kepada masyarakat miskin untuk mengakses sistem keuangan," kata Agus di Jakarta, Jumat (13/1).Ia menceritakan, negara anggota G 20 juga akan membicarakan pembangunan infrastruktur dan membahas dukungan terhadap proses perundingan di WTO, serta upaya perbaikan pemerintahan yang anti korupsi.Sementara itu, Kepala Ekonom Danareksa Research Institute, Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, krisis hutang Eropa sulit teratasi dalam waktu dekat. Maka itu, ia menilai gejolak ekonomi dunia diperkirakan akan terus belanjut.Namun di Indonesia, Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengaku sudah mewaspadai krisis hutang Eropa tersebut. Ia bilang, ketidakpastian global akan memperkuat kebijakan moneter, makroprudensial dan mikroprudensial yang bersifat counter cyclical atau melawan siklus yang akan datang.Artinya, ketika terjadi tendensi perlambatan ekonomi di dunia, BI mengambil langkah-langkah antisipatif agar pertumbuhan tidak melambat. Salah satunya dengan menahan suku bunga acuan (BI rate) di level 6%. Sebelumnya, BI telah menurunkan BI rate sebesar 75 basis poin akhir tahun 2011 lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Asnil Amri