KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia akan menggelar perhelatan akbar pertemuan tingkat tinggi negara - negara G20 pada pertengahan November 2022 mendatang di Bali. Dalam agenda presedensi tersebut, akan membahas isu isu global di antaranya adalah persiapan dalam menghadapi pandemi berikutnya, antisipasi krisis pangan, krisis energi dan potensi geopolitik yang masih memanas. B20 Indonesia Chair Shinta Widjaja Khamdani mengatakan tantangan yang sedang dihadapi mulai dari konflik geopolitik, krisis energi hingga ketahanan pangan tentunya menuntut tindakan kolektif dimana membutuhkan kemitraan dan koalisi baru.
Baca Juga: G20 Sepakat Bentuk Dana Pertanian Untuk mentasi krisis pangan, perlu ada penguatan dan transformasi sistem pangan pertanian baik di Indonesia maupun secara global. "Hal ini dapat dicapai melalui kolaborasi dan partnership untuk penguatan penelitian dan pengembangan (R&D) dan inovasi pangan, termasuk mobilisasi investasi sektor privat ke dalam aspek tersebut," jelas Shinta pada Kontan.co.id, Kamis (13/10). Selanjutnya terkait dengan krisis energi kata Shinta, membutuhkan urgensi sektor swasta terutama untuk memobilisasi green financing. "Misalnya dengan meningkatkan kooperasi dari sisi inovasi maupun komitmen dalam mengurangi penggunaan energy karbon dalam operasional perusahaan maupun mentransisikan kepada energi terbarukan," tambah Shinta. Selanjutnya yaitu penciptaan penguatan ekonomi melalui pembangunan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sebagai tulang punggung ekonomi melalui inkubasi, market access, financing dan kooperasi serta korporasi. Menurutnya hal ini sudah menjadi aksi kolektif sektor privat yang telah diprakarsai oleh The Business 20 (B20) Indonesia. Baca Juga: Sri Mulyani: Bank Dunia Siap Gelontorkan US$ 30 Miliar untuk Atasi Krisis Pangan