G7 saingi China dengan rencana besar terkait infrastruktur



KONTAN.CO.ID - CARBIS BAY. Negara-negara kaya yang bergabung dalam G7 sepakat untuk berusaha melawan pengaruh China yang semakin besar. Salah satu caranya yaitu menawarkan kepada negara-negara berkembang sebuah rencana infrastruktur yang dapat menyaingi inisiatif Belt and Road Initiative (BRI) dari Presiden China Xi Jinping.

Mengutip Reuters, Presiden AS Joe Biden dan para pemimpin G7 lainnya berharap rencana mereka, yang dikenal sebagai inisiatif Build Back Better World (B3W), akan memberikan kemitraan infrastruktur yang transparan untuk membantu mempersempit kebutuhan dana negara-negara berkembang yang nilainya mencapai US$ 40 triliun pada tahun 2035.

"Ini bukan hanya tentang menghadapi China. Tapi sampai sekarang kami belum menawarkan alternatif positif yang mencerminkan nilai-nilai kami, standar kami dan cara kami melakukan bisnis," kata seorang pejabat senior dalam pemerintahan Biden.


Baca Juga: Para pemimpin negara G7 berkomitmen untuk meningkatkan kontribusi pendanaan iklim

Rencananya, inisiatif B3W akan digunakan untuk memobilisasi modal sektor swasta di berbagai bidang seperti iklim, kesehatan dan keamanan kesehatan, teknologi digital, serta kesetaraan dan kesetaraan gender. Namun belum jelas bagaimana tepatnya rencana itu akan dilaksanakan serta berapa banyak modal yang pada akhirnya akan dialokasikan.

Sebagai bagian dari rencana tersebut, Amerika Serikat juga akan bekerjasama dengan kongres AS untuk melengkapi pembiayaan pembangunan yang ada dan untuk secara kolektif mengkatalisasi ratusan miliar dolar investasi infrastruktur.

Asal tahu saja, skema Belt and Road Initiative (BRI) China, yang diluncurkan Xi pada 2013, telah melibatkan inisiatif pembangunan dan investasi yang membentang dari Asia hingga Eropa dan sekitarnya. Lebih dari 100 negara telah menandatangani perjanjian dengan China untuk bekerja sama dalam proyek-proyek BRI seperti kereta api, pelabuhan, jalan raya, dan infrastruktur lainnya.

Kebangkitan kembali China sebagai kekuatan global terkemuka dianggap sebagai salah satu peristiwa geopolitik paling signifikan akhir-akhir ini, di samping jatuhnya Uni Soviet pada 1991 yang mengakhiri Perang Dingin.

Selanjutnya: AS dan China saling melempar sindiran, ada apa?

Editor: Herlina Kartika Dewi