Gabung BRICS, Indonesia Bisa Impor Minyak dari Rusia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia berpeluang besar mengimpor minyak dari Rusia setelah resmi bergabung dalam forum ekonomi BRICS alias Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (BRICS).

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, pemerintah saat ini berfokus pada kebijakan ekonomi yang menguntungkan, termasuk melalui kerja sama dengan BRICS.

Bahlil menjelaskan kebijakan Indonesia didasarkan pada asas politik bebas aktif, yang memungkinkan kerja sama dengan berbagai pihak selama sesuai aturan dan mendukung kepentingan nasional.


“Ketika kita bergabung dengan BRICS dan ada peluang untuk mendapatkan minyak dari Rusia, selama itu sesuai aturan dan tidak ada persoalan, kenapa tidak?” kata Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (10/1).

Bahlil bilang, sebagian impor minyak Indonesia dari Timur Tengah kemungkinan besar berasal dari Rusia. “Selama ini kita impor minyak dari Timur Tengah, mungkin saja asalnya dari Rusia. Tapi belum bisa dipastikan,” katanya.

Baca Juga: Indonesia Gabung BRICS, SKK Migas: Peluang Investasi dan Kerja Sama Teknologi

Ditemui secara terpisah, Plt. Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengungkapkan, pemerintah sedang mengkaji lebih jauh peluang untuk membeli minyak dari Rusia. Langkah ini akan dikonsolidasikan dengan mitra terkait seiring keanggotaan penuh Indonesia di BRICS.

“Setelah penetapan sebagai anggota BRICS, masing-masing sektor akan melakukan konsolidasi untuk menjajaki kerja sama di masa mendatang,” kata Dadan di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (10/1).

Sementara itu, Corporate Secretary PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Hermansyah Y. Nasroen mengatakan, KPI dalam melakukan pengadaan feedstock atau bahan baku berupa minyak mentah disesuaikan dengan kebutuhan spesifikasi masing-masing kilang dan juga mempertimbangkan keekonomian kilang menyesuaikan dengan kondisi pasar.

"KPI membuka kesempatan yang sama untuk semua jenis minyak yang dapat dikelola kilang dengan efektif dan efisien," kata Hermansyah kepada Kontan, Senin (13/1).

Hermansyah menambahkan, proses pengadaan dilakukan dengan mematuhi semua ketentuan baik yang berlaku di nasional maupun Internasional terkait dengan pengadaan minyak mentah.

Di sisi lain, Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas), Moshe Rizal menilai impor minyak Rusia dapat menghemat anggaran negara secara signifikan. Indonesia, yang mengimpor 600.000-700.000 barel per hari, dapat menghemat miliaran dolar per tahun jika memanfaatkan harga diskon yang ditawarkan Rusia.

“Pemerintah seharusnya memprioritaskan kebutuhan ekonomi nasional. Dengan memilih opsi minyak diskon dari Rusia, APBN kita bisa lebih efisien dan perekonomian nasional makin kuat,” ungkap Moshe kepada Kontan, Senin (13/1).

Baca Juga: Masuk BRICS, Luhut Masih Pertimbangkan Keuntungan Beli Minyak dari Rusia

Moshe juga menyarankan agar pemerintah tidak terpengaruh tekanan Barat, selama langkah ini mendukung kepentingan nasional.

Dari sisi geopolitik, Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum Energi Pertambangan, Bisman Bakhtiar mengingatkan bahwa impor minyak dari Rusia dapat memengaruhi hubungan diplomatik Indonesia dengan negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat.

“Kita tahu Barat bersitegang dengan Rusia pasca-invasi ke Ukraina. Mungkin saja Indonesia akan menghadapi tekanan dari Barat jika melanjutkan impor dari Rusia,” kata Bisman kepada Kontan, Senin (13/1).

Namun, Bisman menekankan pentingnya komunikasi yang baik dengan pihak-pihak terkait. “Jika jadi impor dari Rusia, perlu diiringi langkah diplomasi yang menggarisbawahi posisi Indonesia sebagai negara non-blok,” tambahnya.

Selanjutnya: Harga Pangan di Jawa Tengah, 13 Januari 2025: Harga Cabai dan Garam Naik

Menarik Dibaca: 14 Menu Sarapan yang Baik untuk Penderita Diabetes Konsumsi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat