Gagal Bayar Terhadap lender, TaniFund: Pendanaan oleh Lender Tak Terlepas dari Risiko



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Tani Fund Madani Indonesia (Tanifund) berupaya memperbaiki kualitas pinjaman dalam platformnya yang memburuk. Di tengah beberapa upaya dilakukan, mereka menegaskan itu juga bagian dari risiko yang dimiliki pemberi pinjaman atau lender.

Plt. Direktur TaniFund Edwin Setiawan menjelaskan, pihaknya sejak awal sebelum masyarakat umum dapat terlibat dalam pendanaan telah mengingatkan bahwa lender tetap harus menyadari adanya risiko pendanaan yang akan mereka tanggung.

“Sebagai contoh risiko telat bayar ataupun gagal bayar,” ujarnya, Rabu (14/12).


Baca Juga: Berupaya Kembalikan Dana ke Lender, Tanifund Akan Tempuh Jalur Hukum

Menurutnya, TaniFund secara jelas sudah mencantumkan beberapa disclaimer pada laman situs resminya. Tak hanya itu, secara berkala mereka melakukan publikasi dan update kepada lender melalui Dashboard Lender, media sosial, dan surel.

Untuk masyarakat umum, ia bilang TaniFund juga mengunggah berbagai publikasi melalui media sosial TaniFund sebagai bagian dari usaha edukasi mengenai banyaknya tantangan dalam pendanaan dalam sektor pertanian, terutama di Indonesia.

“Kedua tantangan besar tersebut yakni faktor alam dan faktor non-alam, yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas proses budidaya serta hasil panen,” imbuhnya.

Secara rinci, ia bilang tantangan terkait faktor alam sulit untuk diperhitungkan di dalam Rancangan Anggaran Biaya (RAB) yang dibuat oleh para calon peminjam misalnya bencana alam. 

Sedangkan tantangan non-alam erat kaitannya dengan kondisi perekonomian dan kebijakan pemerintah, contohnya adalah gejolak perubahan harga jual produk di pasar dan kenaikan harga logistik.

“Sehingga pengembalian yang dilakukan oleh borrower tidak sesuai dengan perhitungan di awal RAB,” jelasnya. 

Semenjak pandemi Covid-19, pihaknya juga melihat beberapa bisnis UKM juga terdampak karena permintaan menurun, sehingga kemampuan pembayaran para UKM yang juga menjadi penerima pinjaman terkendala dan/atau macet. 

Baca Juga: OJK Angkat Bicara Soal TaniFund yang Dikabarkan Gagal Bayar ke Lender

Faktor non-alam lainnya juga terkait dengan proses pengiriman dan logistik, sehingga terdapat risiko penyusutan dan kerusakan produk saat proses pengiriman.

Menurutnya, kedua faktor tersebut, khususnya di project budidaya dan perawatan tanaman, mengakibatkan hasil panen yang mungkin tidak sesuai ekspektasi petani baik secara kualitas dan kuantitas. 

“Dampaknya akan terasa langsung karena tingkat kualitas akan mempengaruhi harga jual, sedangkan kuantitas hasil panen akan mempengaruhi nilai keekonomian penjualan panen karena adanya Fixed Cost tenaga kerja panen dan pasca panen, serta biaya logistik yang harus dipertimbangkan oleh petani,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi