Gagal Ginjal Akut Anak Meningkat, Berikut Imbauan dari Ikatan Dokter Anak Indonesia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Kesehatan melaporkan, telah terjadi peningkatan signifikan kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal (GgGAPA)/acute kidney injury (AKI) pada anak.

Jumlah kasus yang dilaporkan hingga 18 Oktober 2022 sebanyak 206 dari 20 provinsi dengan angka kematian sebanyak 99 anak. Angka kematian pasien yang dirawat di RSCM mencapai 65%.

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), gangguan ginjal akut pada anak saat ini masih ditelusuri penyebab terjadinya.


"Berdasarkan hasil investigasi Kementerian Kesehatan dan juga Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), IDAI mengimbau tenaga kesehatan dan masyarakat umum untuk meningkatkan kewaspadaan," tulis IDAI dikutip dalam akun twitter resmi IDAI, Kamis (20/10).

Baca Juga: BPOM : Produsen Obat Sirup Harap Mengecek Ulang Kandungan DEG dan EG di Produk

IDAI menghimbau kepada tenaga kesehatan dan rumah sakit untuk menghentikan sementara peresepan obat sirup yang diduga terkontaminasi etilen glikol atau dietilen glikol sesuai dengan hasil investasi Kemenkes dan Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Selanjutnya, bila memerlukan obat sirup khusus, misalnya obat anti epilepsi atau lainya, yang tidak dapat diganti sediaan lain, harap mengkonsultasikan dengan dokter spesialis anak atau konsultasi anak.

Jika diperlukan, tenaga kesehatan dapat meresepkan obat pengganti yang tidak terdapat dalam daftar dugaan obat terkontaminasi atau dengan jenis sediaan lain seperti suppositora atau dapat mengganti dengan obat puyer dalam bentuk monoterapi.

"Peresepan obat puyer monoterapi hanya boleh dilakukan oleh dokter dengan memperhatikan dosis berdasarkan berat badan, kebersihan pembuatan dan tata cara pemberian," tulis IDAI.

Tenaga kesehatan diimbau untuk melakukan pemantauan secara ketat terhadap tanda awal gagal ginjal akut pada anak, baik di rawat inap maupun rawat jalan.

Editor: Khomarul Hidayat