Gagal Ginjal Akut di Jakarta 86 Orang, Dinas Kesehatan Minta Masyarakat Waspada



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah pasien gagal ginjal akut di DKI Jakarta paling besar diantara beberapa wilayah di seluruh Indonesia  

Sejak Januari sampai 20 Oktober Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat ada sebanyak 82 anak mengalami gagal ginjal akut.  

"Data ini kami peroleh dari semua Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Rumah Sakit yang ada di DKI Jakarta," kata Widiastuti, Kepala Dinas DKI Jakarta, Sabtu (22/10), saat membuka webinar dengan tema Penyebarluasan Informasi dan Edukasi Terkait Gagal Ginjal Akut pada Anak.


Baca Juga: Kemenkes Periksa dan Umumkan 102 Obat yang Dikonsumsi Pasien Gangguan Ginjal Akut

Widiastuti, menegaskan Dinas Kesehatan DKI Jakarta telah secara aktif melakukan penyisiran ke fasilitas kesehatan atau case finding dengan menyisir data Rumah Sakit dan Puskesmas.

Kegiatan ini dilakukan agar pemerintah daerah bisa cepat mengetahui dan mendeteksi masyarakat yang terpapar gagal ginjal akut, sehingga cepat melakukan penanggulangan.

Dinas Kesehatan DKI Jakarta juga melakukan pengawasan atas pelaksanaan kebijakan pemerintah melarang sementara penjualan produk sirup. "Faktor yang patut diduga memicu kasus gagal ginjal akut," kata Widyastuti.

Saat ini pemerintah pusat masih melakukan penelitian dan mendalami apa penyebab utama dari kasus gagal ginjal akut ini. 

"Sambil menunggu hasil pasti saat ini Pemprov DKI Jakarta mengamankan sementara, dengan tidak menggunakan salah satu zat yang diduga memicu gagal ginjal akut," katanya

Kementerian Kesehatan juga telah mengeluarkan Surat Edaran dari untuk tidak merespkan dan menggunakan produk cair yang diduga menjadi pemicu gagal ginjal akut.

Widyastuti juga berharap segera ada langkah-langkah kongkrit agar masyarakat lebih waspada mencegah terjadinya kasus gagal ginjal dan tidak panik 

Sejak Januari hingga 21 Oktober, pemerintah sudah ditemukan sebanyak 241 kasus gagal ginjal akut pada anak usia 1 tahun - 5 tahun di Indonesia. Angka meningkat terutama sejak Agustus 2022 yang ditemukan di 22 provinsi. 

Baca Juga: Menkes Budi Ceritakan Awal Mula Kasus Gangguan Ginjal Akut Ditemukan di Indonesia

Sebelumnya Kementerian Kesehatan menyampaikan hingga Jumat 21 Oktober 2022 masih ada 110 kasus gagal ginjal akut di Indonesia, 

Adapun berdasarkan laporan sementara dari jumlah kasus sejak Januari-Oktober 2022 sebanyak 46% dari pasien mengalami gejala buang air kecil  dan tidak bisa buang air kecil

Sementara dari jumlah kasus ini gagal ginjal akut ini, sebanyak 55% telah menyebabkan kematian kepada pasien.

Sebanyak 34 kasus gagal ginjal akut tersebut ditemukan di wilayah DKI Jakarta yakni sebanyak 82 kasus. Sementara pada Jumat (21/10) malam ada tambahan informasi dua kasus baru yakni sebanyak 4 kasus yang diduga gagal ginjal akut..

Widiastuti berharap masyarakat memahami dan mampu merespon sisi gejala dan meningkatkan kewaspadaan serta memperlakukan obat bagaimana sebaiknya.

Pada kesempatan yang sama Mirdiyanti Budi Hartono, Ketua Penggerak PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) DKI Jakarta berharap dengan seminar seperti ini, masyarakat bisa mengetahui dan melaksanakan rule model penggunaan obat yang aman, terutama dalam menghadapi kasus gagal ginjal akut seperti ini.

Karena itu ia berharap ibu-ibu PKK di DKI Jakarta ikut aktif melakukan sosialisasi pencegahan dan mendeteksi gejala-gejala serta penanganan cepat agar memberikan rasa aman dan tenang kepada masyarakat.

Sebelumnya seperti dikutip Kompas.com, Kementerian Kesehatan Melaporkan jumlah kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal (acute kidney injury atau AKI) di Indonesia hingga Jumat, 21 Oktober 2022 telah mencapai 241 kasus yang tersebar di 22 provinsi.

Baca Juga: Jumlah Kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak Sudah Tembus 241 Kasus

Menteri  Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengumumkan hal tersebut dalam acara konferensi pers, Jumat (21/10/2022). 

Kasus gangguan ginjal akut di Indonesia muncul sejak Januari 2022 kemudian kasusnya melonjak pada bulan Agustus 2022. 

Kemenkes masih menginvestigasi penyebab dari gangguan ginjal akut ini bersama pihak-pihak terkait. 

Salah satunya adalah dengan mendatangi rumah-rumah para pasien dan mencari tahu obat yang dikonsumsi. 

Hal tersebut lantaran WHO mengumumkan adanya gagal ginjal akut di Gambia disebabkan oleh obat sirup parasetamol yang mengandung zat berbahaya. 

"Yang membuat kami agak terbuka adalah ada kasus di Gambia tanggal 5 Oktober dan ini disebabkan oleh senyawa kimia," ujar Budi dalam konferensi pers. 

Ia juga menyebutkan, Kemenkes telah menemukan 102 obat sirup dari hasil investigasi Kemenkes dengan cara mendatangi 156 rumah pasien gangguan ginjal akut. 

"Kami datangi semua rumah-rumah tersebut. Dari 241 rumah korban kami sudah mendatangi 156. Dari 156 itu kami sudah menemukan 102 obat di keluarga tersebut yang jenisnya sirup," kata Budi. 

Baca Juga: 7 Dampak yang Timbul Jika Terlalu Banyak Konsumsi Garam, Segera Kurangi dari Sekarang

Selanjutnya Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) akan fokus meneliti lebih lanjut 102 obat yang ditemukan tersebut.

"Obat inilah akan kami kerucutkan untuk sementara akan dilarang dari universe yang besar. Obat-obat ini akan kami larang untuk diresepkan dan dijual. Ini listnya sementara," ungkap Budi. 

Budi mengatakan, jika para perusahaan farmasi tersebut bisa membuktikan bahwa kandungan zat berbahayanya di bawah ambang batas, maka akan dihapus dari list. 

Selain itu Kemenkes juga masih akan melanjutkan pemeriksaan obat di rumah pasien gangguan ginjal akut yang belum diperiksa dan kemudian akan ditambahkan jika ditemukan daftar obat sirup yang dikonsumsi. 

"Bahwa dengan adanya list ini jauh lebih mengerucut jadi kami bisa lebih pasti penyebabnya di mana," imbuh Budi.

Meskipun demikian, begitu daftar obat yang dikonsumsi pasien akan diumumkan Kemenkes dalam waktu dekat. 

Baca Juga: BPOM: Pengusaha Farmasi Harus Lapor Jika Ganti Bahan Baku Obat

Sebelumnya diberitakan bahwa menurut Kemenkes sementara ini penyebab gangguan ginjal akut yang paling mungkin adalah adanya cemaran senyawa kimia etilen glikol (EG) maupun dietilen gokil (DEG). 

Kemenkes telah melakukan pemeriksaan dan mendapati etilen glikol (EG) maupun dietilen gokil (DEG) ada di dalam darah pasien gangguan ginjal akut. 

Budi mengatakan, gangguan ginjal akut ini tidak terkait dengan Covid-19 maupun vaksin Covid-19. Sebab, pasien dengan usia di bawah lima tahun belum mendapatkan vaksin. 

Sementara pasien berusia balita. Selain itu, menurut pemeriksaan Kemenkes, gangguan ginjal ini ini tidak disebabkan bakteri, virus, maupun parasit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Syamsul Azhar