Gagal selamatkan ekonomi, mayoritas perusahaan Jepang ingin PM Suga turun jabatan



KONTAN.CO.ID - TOKYO. Masa depan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga ada di ujung tanduk setelah mayoritas perusahaan di Jepang berharap Suga kehilangan jabatan melalui pemilihan umum akhir tahun ini.

Sebuah jajak pendapat yang dilakukan Reuters mengungkap bahwa para pebisnis mengaku kecewa dengan Suga karena dianggap gagal menangani Covid-19 dan menyelamatkan perekonomian.

Survei Reuters juga menunjukkan bahwa kesuksesan Olimpiade Tokyo 2020 tidak membantu menjaga dukungan untuk Suga agar tidak turun di bawah ambang batas 30%.


Dalam berbagai survei lain yang dilakukan media domestik, tingkat kepercayaan rakyat Jepang terhadap Suga mulai melemah. Suga diprediksi akan kehilangan jabatannya pada pemilu November mendatang.

Beberapa analis beranggapan bahwa Suga akan tetap diminta untuk mundur meskipun kubu yang berkuasa berhasil mempertahankan kekuasaannya pada pemilu.

Baca Juga: Jepang mendesak Israel untuk memperbaiki stabilitas keamanan di Timur Tengah

Survei Perusahaan oleh Reuters meneliti 503 perusahaan non-keuangan besar dan menengah yang sekitar setengahnya menjawab pertanyaan dengan syarat anonim.

Terkait dengan pelaksanaan Olimpiade, mayoritas merasa bahwa semuanya layak untuk dilaksanakan. Meskipun 90% dari mereka melihat Olimpiade tidak berdampak pada bisnis.

Sepertiga dari perusahaan yang disurvei mengharapkan koalisi yang mendukung Suga kehilangan banyak kursi. Seperempat lainnya menduga mereka akan gagal mendominasi pemerintahan.

Mayoritas perusahaan berharap langkah-langkah perbaikan ekonomi dan penanganan Covid-19 menjadi prioritas pemerintah setelah pemilu nanti.

Ketika ditanya mengenai siapa yang pantas menggantikan Suga, nama menteri urusan vaksin Taro Kono menduduki puncak daftar kandidat potensial, dipilih oleh 39% perusahaan.

Nama lain yang juga menjadi favorit adalah mantan menteri pertahanan Shigeru Ishiba dan mantan menteri luar negeri Fumio Kishida.

Selanjutnya: Jepang memperpanjang lockdown Covid-19 saat kasus melonjak