Belakangan ini, industri game lokal terus berkembang. Pesatnya pengguna media digital seperti internet dan telepon seluler (ponsel) menyebabkan konsumen game terus meningkat. Kondisi ini menguntungkan para pengembang game lokal. Selain dari dalam negeri, mereka kerap mendapat order dari luar negeri. Banyak perusahaan minta dibuatkan game sebagai sarana promosi dan lain-lain. Salah satu produsen game lokal yang kerap mendapat pesanan dari perusahaan ini adalah Agate Studio. Perusahaan yang berdiri sejak 2009 di Bandung ini sudah memproduksi lebih dari 120 judul permainan, baik online maupun offline.
Shieny Aprillia, Co-founder dan Chief Operating Off (COO) Agate Studio, mengatakan, Agate merupakan proyek bersama teman-temannya sesama mahasiswa di Institut Teknologi Bandung (ITB). “Founder Agate itu ada 18 orang,” ujarnya. Shieny menambahkan, kebanyakan game yang diproduksi Agate merupakan order dari kliennya. Untuk memproduksi satu game, Agate butuh waktu satu hingga tiga bulan. Harga satu game berkisar antara Rp 100 juta – Rp 400 juta. Omzet Agate sendiri Rp 400 juta – Rp 500 juta per bulan. Selama ini, Agate tidak hanya mendapat order dari dalam negeri, tapi juga dari luar negeri. Ia mengaku pernah mengerjakan proyek game bernama Fiwawa pesanan dari sebuah perusahaan di Singapura. “Klien kami kebanyakan dari Singapura, tapi dari Eropa juga ada,” katanya. Dengan moto “Live the Fun Way”, Agate mengutamakan fun atau kesenangan dalam menciptakan game. Dengan moto itu, setiap game yang mereka buat harus bisa memberi pengalaman yang menyenangkan untuk para pemainnya. Selain itu, menurut Shieny, sebuah game harus disertai tatanan visual yang menimbulkan kesan khusus serta program yang tidak gampang error. Konsep dari pelbagai game yang diproduksi Agate mayoritas aksi atau game sosial, seperti The Simps Social atau Farmville. Di masa mendatang, Agate ingin fokus membangun industri game dalam negeri, sehingga bisa maju seperti Jepang. “Kami ingin menjadi market leader di bidang game developer untuk memajukan industri game di Indonesia juga,” tandasnya. Tahun ini, dengan 75 karyawan, Agate Studio mulai mengembangkan dua judul game terbaiknya, yakni Footbal Saga dan Valthirian Arc. Keduanya merupakan game yang khusus dibuat untuk membidik target pasar dalam negeri.
Produsen lain yang kerap menerima order dari perusahaan di dalam dan luar negeri game adalahAnantarupa Studios di Jakarta. Di antara perusahaan yang pernah menggunakan jasanya adalah Telkom, Markplus, Suzuki, dan Sharp. "Saat ini kami juga sedang mengerjakan proyek untuk salah satu perusahaan di Singapura," tutur Ivan Chen Sui Liang, direktur Anantarupa Studios. Nilai order setiap game sangat bervariasi, mulai Rp 75 juta - Rp 3,5 miliar, tergantung tingkat kerumitannya. Sayang, ia tak menyebut omzetnya dari usaha ini. Selain membuat game berdasarkan pesanan, Anantarupa juga memproduksi game online sendiri. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Havid Vebri