KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konsorsium PT Vale Indonesia Tbk (
INCO)- Zhejiang Huayou Cobalt Company (Huayou) bakal kembali menggarap proyek smelter berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Sulawesi. Kali ini, proyek smelter teranyar kedua perusahaan tersebut direncanakan berlokasi di Sorowako, Sulawesi Selatan. Direktur Keuangan Vale Indonesia, Bernardus Irmanto mengungkapkan, smelter HPAL di Sorowako kelak bakal mengolah limonite atau bijih nikel berkadar rendah dari tambang Vale Indonesia yang berlokasi di Sorowako menjadi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP). Asal tahu, MHP dapat diolah menjadi bahan untuk komponen baterai, misalnya untuk kendaraan listrik. “Jadi akan ada tambahan
revenue, karena limonite yang selama ini tidak dimanfaatkan sekarang bisa diuangkan istilahnya untuk kemudian dimasukkan ke dalam pabrik,” ujar Irmanto dalam acara konferensi pers yang berlangsung Selasa (14/9).
Baca Juga: Penolakan Perpanjangan Kontrak Tambang Vale (INCO) Berdampak Buruk pada Investasi Proyek smelter di Sorowako menambah daftar proyek-proyek smelter Vale Indonesia. Seperti diketahui, Vale Indonesia juga tengah mengawal proyek smelter berteknologi
rotary kiln-electric furnace (RKEF) dengan rencana kapasitas produksi 73.000-80.000 metrik ton feronikel di Bahodopi, Sulawesi Tengah. Keputusan investasi final alias
final investment decision (FID) untuk proyek yang digarap bersama TISCO dan Shandong Xinhai Technology tersebut telah rampung pada 29 Juli 2022 lalu. Pelaksanaan proyek dengan estimasi investasi US$ 2,1 miliar itu telah dimulai, ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Investasi Blok Bahodopi antara PT Vale Indonesia, TISCO dan Shandong Xinhai Technology di Hotel Borobudur, Jakarta pada Selasa (6/9) lalu. Vale Indonesia mengempit 49% saham dalam proyek smelter Bahodopi, sedang 51% sisanya Selain proyek Bahodopi, Vale Indonesia mengembangkan fasilitas HPAL di Blok Pomalaa, Sulawesi Tenggara, dengan rencana total kapasitas produksi hingga 120.000 metrik ton MHP. Vale Indonesia menggandeng Huayou, partner yang saat ini juga digandeng Vale Indonesia dalam proyek smelter HPAL Sorowako. Proyek HPAL di Pomalaa ditargetkan memasuki tahapan FID pada tahun 2022 ini. Setelah itu, proyek HPAL di Sorowako juga direncanakan menyusul memasuki tahapan FID, kemungkinan di tahun 2023 mendatang. Pabrik HPAL di Sorowako direncanakan memiliki kapasitas produksi 60.000 ton MHP per tahun. Menurut estimasi, nilai investasi Pabrik HPAL Sorowako direncanakan sekitar US$ 1,8 miliar untuk pembangunan pabrik berikut infrastruktur pendukungnya. Vale Indonesia berencana memegang porsi kepemilikan saham 30% dalam proyek ini.
Pengerjaan fisik Pabrik HPAL di Sorowako diperkirakan memakan waktu sekitar 3 tahun, sehingga penyelesaiannya diproyeksi di 2025 akhir atau 2026. CEO Vale Indonesia, Febriany Eddy mengatakan, pabrik HPAL Sorowako direncanakan menggunakan sumber energi rendah karbon saat beroperasi nanti.
“Huayou sudah ada tanda tangan MoU juga dengan PLN untuk melihat kemungkinan mendapatkan supply dari PLN tapi yang
green energy, kemudian ada juga alternatif seperti LNG dan yang lain. Nanti paralel semua diputuskan setelah studinya selesai segera,” tutur Febriany pada acara yang sama. Bukan tanpa alasan Vale Indonesia berfokus pada sumber energi rendah karbon. Febriany berujar, MHP merupakan bahan baku untuk pembuatan mobil listrik, proyek yang digadang-gadang oleh berbagai pihak dalam rangka menurunkan emisi karbon di sektor transportasi. Itulah sebabnya, bahan baku pembuatannya juga harus rendah karbon. “Mobil listrik ini kan upaya dunia upaya global untuk dekarbonisasi, menurunkan karbon di moda transportasi. Dengan demikian pemrosesan bahan bakunya pun tentu harus rendah karbon, kalau tidak kan tidak sesuai dengan tujuannya,” ujar Febriany. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .