KONTAN.CO.ID - JAKARTA. OVO membuka akses permodalan kepada pelaku usaha, mikro, kecil dan menegah (UMKM) terdampak Covid-19 agar mereka bisa bertahan di masa pandemi. VP Lending OVO Natasha Ardiani menyebut, pemodalan sangat dibutuhkan pelaku UMKM yang banyak terkena dampak dari pandemi seperti kekurangan modal usaha, kesulitan menggaji karyawan, hingga ancaman penutupan usaha. "OVO sangat terbuka bagi pelaku UMKM yang ingin meminjam dana untuk kelangsungan usaha mereka. OVO sangat mendukung agar para pelaku UMKM bisa terus melanjutkan usaha mereka dan bisa naik kelas menjadi usaha yang lebih besar," terang Natasha dalam keterangan resmi, Selasa (27/10).
Baca Juga: OVO salurkan insentif kartu prakerja ke 1,3 juta penerima manfaat Dengan menggandeng fintech Taralite sejak 2017, OVO akan sediakan pembiayaan bagi pelaku UMKM. Dengan begitu, mereka bisa mendapat akses kredit yang lebih mudah, transparan serta membantu permodalan mereka. “Sejak awal pandemi ini, kita fokus ke B2B (Business to Business) atau business lending. Kami sedang menggenjot pinjaman UMKM bekerjasama dengan Taralite dalam bentuk modal kerja dan anjak piutang untuk membantu kas keuangan mereka tetap bisa terus berjalan," ungkapnya. OVO juga menjadi mitra pemerintah dalam menyalurkan insentif Kartu Prakerja yang sudah berhasil menjangkau lebih dari 1,3 juta penerima manfaat. Dengan cara itu, OVO berupaya berikan edukasi kepada masyarakat tentang keuangan berbasis digital. Pihaknya menyadari bahwa kerja sama antara pemerintah dan pelaku industri keuangan berguna untuk menciptakan serta menggerakkan masyarakat non-tunai atau
cashless society. “Penyaluran insentif Kartu Prakerja secara digital membuat masyarakat semakin terbiasa dengan cara penggunaan dan fitur-fitur OVO. Peran kami dalam meningkatkan inklusi keuangan semakin nyata dan dampaknya sudah sangat terasa di masyarakat." ujarnya. Ke depannya, perusahaan akan lebih banyak berkontribusi menyukseskan program pemerintah dan BUMN, khususnya di situasi pandemi sekarang ini karena banyak program yang membutuhkan infrastruktur digital. "Kebutuhan akan layanan keuangan digital benar-benar meningkat, sehingga OVO dan penyedia layanan keuangan digital lainnya dituntut untuk terus beradaptasi dan memprioritaskan kecepatan, keamanan dan efisiensi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat," tambahnya.
Baca Juga: Bos OVO: Kartu Prakerja terobosan pertama sistem bansos di Indonesia Di sisi lain, pandemi menjadi kesempatan emas bagi pemerintah untuk mendorong adopsi keuangan digital guna mempercepat transformasi digital dan inklusi keuangan. Peluang tersebut dinilai hampir sama ketika wabah virus SARS merebak di China 18 tahun silam. Pada saat itu, pemerintah China berhasil mengubah kebiasaan masyarakat mereka untuk beralih ke keuangan digital dalam aktivitas pembayaran mereka sehari-hari. “Kami percaya peluang bagi industri tekfin di Indonesia sangat besar. Dengan adanya pandemi, banyak perubahan perilaku masyarakat yang terjadi akhirnya menciptakan gaya hidup baru, terutama pada saat berbelanja, di mana mereka mulai banyak berpindah ke transaksi digital," tutupnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto