Gangguan suplai dorong kenaikan harga minyak di kuartal III



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah dunia sebenarnya sempat melandai di pertengahan kuartal III 2018. Namun, pelan tapi pasti harga komoditas ini terus meningkat, terutama setelah Amerika Serikat menjatuhkan sanksi terhadap Iran.

Mengutip Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) per Jumat (28/09) untuk pengiriman November 2018 di New York Mercantile Exchange berada di level US$ 73,25 per barel. Angka ini tumbuh 4,40% dibandingkan posisi di akhir kuartal II lalu di level US$ 70,16 per barel.

Pada 15 Agustus lalu, harga minyak WTI sempat menyentuh level US$ 64,24 per barel yang merupakan level terendahnya di kuartal III.


Analis Monex Investindo Futures, Faisyal berpendapat, penurunan tersebut merupakan dampak dari kelebihan suplai minyak dari AS. Di saat yang sama, pelaku pasar tengah diliputi sentimen perlambatan pertumbuhan ekonomi global akibat krisis keuangan yang melanda Turki, sehingga berpotensi mempengaruhi permintaan terhadap minyak.

Kendati demikian, harga minyak terus melaju. Bahkan, hari ini (1/10) harga minyak WTI untuk sementara menembus level tertinggi yakni US$ 73,38 per barel.

Faisyal menilai, harga minyak mulai mengalami tren kenaikan menjelang akhir kuartal III. Hal ini dipicu oleh terganggunya suplai minyak akibat berbagai konflik, salah satu yang paling berpengaruh adalah sanksi larangan ekspor oleh AS kepada Iran selaku negara.

Dalam hal ini, AS menekan negara-negara konsumen minyak AS untuk mengurangi impor minyak dari Iran supaya pemerintah negara tersebut mau melakukan negosiasi ulang terkait perjanjian nuklir. Sejauh ini, larangan tersebut tampak akan dipatuhi oleh negara-negara pembeli minyak dari Iran. “Para pelaku pasar kini mulai mengantisipasi sanksi AS ke Iran sebelum efektif di awal Oktober ini,” kata dia, Senin (10/1).

Sebenarnya, negara-negara produsen minyak lainnya seperti Arab Saudi dan Rusia sempat menyerukan bakal menaikkan produksi minyak untuk menutupi kekurangan suplai dari Iran. Namun, pernyataan kedua negara tersebut belum juga terealisasi.

Padahal, baik Arab Saudi dan Rusia dinilai dapat menjadi kunci bagi pergerakan harga minyak mentah dunia di sepanjang kuartal IV 2018. “Kalau keduanya jadi meningkatkan produksi, harga minyak tak akan naik terlalu tinggi seperti sekarang,” ungkap Faisyal.

Selain faktor Arab Saudi dan Rusia, peningkatan produksi minyak di AS yang tidak diimbangi oleh permintaan domestik yang tinggi dari negara tersebut juga bisa menekan harga minyak. Produksi AS sendiri bisa meningkat karena momentum tren kenaikan harga minyak justru menjadi katalis positif buat perusahaan tambang minyak di AS untuk ambil untung dengan cara menggenjot angka produksinya.

Faisyal memprediksi, harga minyak mentah jenis WTI akan bergerak di kisaran US$ 75—78 per barel di akhir tahun nanti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Narita Indrastiti