Ganti bos, Bank Muamalat pertahankan arah bisnis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Muamalat Tbk tidak berencana mengubah bisnis yang selama ini telah dijajaki. Hanya saja, Direktur Utama Bank Muamalat yang baru, Achmad Kusna Permana menyebut, sebagai langkah awal, pihaknya bakal menekan biaya dana alias cost of fund.

Salah satu strategi Achmad yang baru menahkodai Muamalat per September lalu antara lain dengan meningkatkan dana murah atau current account savings account (CASA).

"Sekarang rasio CASA kita masih rendah, dengan menekan biaya dana itu sebagai cara juga agar kita dapat customer yang bagus melalui pricing yang baik," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Selasa (28/11).


Sebagai gambaran saja, sampai dengan bulan Oktober 2017, total dana murah yang ada di tabungan dan giro sebesar Rp 16,71 triliun. Porsinya 36,12% dari total dana pihak ketiga (DPK) Bank Muamalat yang mencapai Rp 46,26 triliun.

Jika dibandingkan dengan posisi tahun lalu, rasio dana murah perusahaan pun tercatat menurun dari sebesar 38,86%.

Dus, sebagai cara untuk menggenjot hal tersebut Permana menyebut akan mendorong pertumbuhan tabungan haji dan umroh. Saat ini per akhir Oktober 2017 tercatat jumlah nasabah tabungan haji dan umroh perseroan sudah mencapai 430.000 nasabah.

Selain dari tabungan nasabah, Bank Muamalat juga kebagian dana haji yang disalurkan dari Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH). "Tapi dana BPKH hanya Rp 10 miliar masuk rekening giro, sisanya masuk deposito atau high cost of fund sebesar Rp 6,25 triliun," tambahnya.

Alhasil, alih-alih untuk mendorong pembiayaan, Permana bilang, Bank Muamalat akan mulai masuk ke segmen Usaha Kecil dan Menengah (UKM) setelah sebelumnya fokus di pembiayaan komersial.

Selain itu, bank syariah pertama di Indonesia ini juga berniat masuk ke pembiayaan proyek pemerintah baik infrastruktur maupun non-infrastruktur.

"Memang proyek pemerintah yieldnya tidak setinggi komersial tapi lebih low cost of fund," tambahnya.

Di sisi lain, untuk tetap mempertahankan jati diri sebagai pelopor bank syariah di Indonesia, nakhoda baru Bank Muamalat ini juga mengatakan akan lebih fokus untuk jemput bola ke komunitas-komunitas Muslim alias Islamic Community.

Sementara mengenai pembenahan pembiayaan dan debitur bermasalah, Bank Muamalat menyebut akan menyerap sebagian tambahan modal dari investor baru untuk menjaga stabilitas modal.

"Nanti kami bakal ada suntikan modal, itu sebagian besar kami akan pakai untuk pencadangan. Di samping untuk perkembangan bisnis," ungkapnya.

Sayangnya, mengenai target pencapaian Bank Muamalat ke depan, Permana masih belum mau berkomentar.

"Kami sedang fokus meningkatkan nilai Bank Muamalat sebagai satu-satu bank syariah murni di Indonesia (tanpa induk konvensional), baik kepada karyawan maupun customer kami," ujarnya.

Asal tahu saja, Bank Muamalat bakal kedatangan investor baru yakni PT Minna Padi Sekuritas Tbk. Rencananya, Minna Padi bakal mengambilalih saham Bank Muamalat lewat mekanisme pembeli siaga rights issue Bank Muamalat senilai Rp 4,5 triliun. 

Dari aksi ini, Minna Padi minimal akan memiliki sedikitnya 51% dari seluruh modal yang disetor di Bank Muamalat. Aksi korporasi ini diperkirakan dapat rampung di akhir tahun 2017 setelah pihak Minna Padi selaku investor mendapat izin dari regulator dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Sebagai tambahan informasi saja, sampai dengan bulan Oktober 2017 Bank Muamalat masih mencatatkan kinerja stagnan. Hal ini tercermin dari realisasi pembiayaan yang hanya tumbuh 2,22% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp 40,43 triliun.

Kendati pembiayaan tumbuh tipis, DPK justru naik pesat 17,05% dari Rp 39,52 triliun di bulan Oktober 2016 menjadi Rp 46,26 triliun.

Sementara dari sisi laba bersih justru menurun 1,48% yoy di bulan Oktober 2017 menjadi Rp 50,57 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu Rp 51,33 miliar.

Adapun, dari sisi rasio pembiayaan juga tercatat mengalami penurunan kinerja. Antara lain pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) yang naik dari 4,27% secara gross di bulan September 2016 menjadi 4,54%.

Sementara secara NPF net tercatat naik cukup tajam dari 1,92% menjadi 3,07% di kuartal III 2017.

Selain itu dari rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) juga turun dari 12,75% di kuartal III 2016 menjadi 11,58% di kuartal III tahun 2017.

Ganti nahkoda, Bank Muamalat tidak rubah bisnis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia