Ganti dirut, Air Asia justru ragu IPO tahun depan



JAKARTA. Pasca mengganti pucuk pimpinan pada medio Juni kemarin, PT Indonesia Air Asia justru terlihat makin ragu merealisasikan rencana menjadi perusahaan terbuka di Indonesia tahun depan. Perusahaan yang menginduk pada Air Asia Malaysia ini beralasan, kondisi makro ekonomi Tanah Air belum tepat.

Dus, perusahaan ini tak bisa memastikan akan menggelar intial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia tahun 2015. Sunu Widyatmoko, Direktur Utama (Dirut) Indonesia Air Asia yang baru menyatakan tak ingin memaksakan melepas saham perusahaannya di harga murah karena faktor eksternal yang dianggap tak mendukung.

Sunu sebelumnya menjabat sebagai Direktur Keuangan Air Asia mencoba membandingkan momen IPO yang dipilih oleh PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Asal tahu saja, sebelum bergabung dengan Indonesia Air Asia, Sunu menjabat sebagai Director of Investment Banking di PT Bahana Sekuritas, perusahaan sekuritas inilah yang mengantarkan Garuda Indonesia mewujudkan hajatan IPO.


Kata Sunu, kondisi makro ekonomi kala Garuda melakukan IPO sangat mendukung.  "Ekonomi China juga lagi kencang, kalau sekarang kan sekarang melambat, kami akan menunggu waktunya," tegas Sunu kepada KONTAN, (2/7).

Selain belum bisa memastikan rencana IPO, tak ada rencana strategis lain yang akan diusung sang Dirut baru tersebut. Sunu menyatakan tak merevisi target yang telah dicanangkan Dirut sebelumnya, Dharmadi. Beberapa rencana tersebut seperti pertama, Indonesia Air Asia mempertahankan komposisi penerbangan tujuan internasional berbanding penerbangan domestik yakni 70:30.

Kedua, alih-alih mencari rute baru, Indonesia Air Asia memilih untuk menambah frekuensi penerbangan di rute yang sudah dimiliki. "Kami akan fokuskan pada rute ramai peminat yang sudah ada jadi frekuensi kami tambah bukan new rute," terang Sunu.

Asal tahu saja, Indonesia Air Asia mengklaim mendekap sebaran pasar penerbangan internasional sebesar 39% dan tahun ini diharapkan genap menjadi 40%. Sementara di penerbangan domestik, maskapai penerbangan ini mengklaim mendekap sebaran pasar 5% dan berharap bisa meningkatkan porsi menjadi 6% tahun ini.

Ketiga, Indonesia Air Asia  tetap ingin mempertahankan penggunaan satu tipe pesawat saja. Perusahaan ini mengaku belum tertarik menggarap pasar penerbangan di daerah yang menggunakan pesawat berukuran kecil. "Penerapan satu tipe pesawat selama ini telah menghemat biaya perawatan yang harus kami keluarkan," beber Sunu tanpa menyebutkan besar penghematan yang dilakukan.

Sepanjang tahun ini, Indonesia Air Asia menargetken bisa mengangkut delapan juta penumpang. Menjelang datangnya hari Lebaran nanti, maskapai penerbangan murah atawa low cost carrier ini menyiapkan enam penerbangan tambahan. Perusahaan ini menaksir selama musim mudik, jumlah penumpangnya akan meningkat 15% lebih tinggi dari hari biasa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anastasia Lilin Yuliantina