Ganti Nahkoda, Blok Rokan Topang Ketahanan Migas Nasional



KONTAN.CO.ID-JAKARTA. PT Pertamina melalui Pertamina Hulu Rokan (PHR) terus mengerek kinerja operasional Blok Rokan pasca alih kelola dari PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) pada 2021 lalu.

Pergantian nakhoda dari Chevron ke Pertamina secara perlahan mulai menunjukkan dampaknya. Produksi minyak Blok Rokan sukses menyalip Blok Cepu yang selama ini menjadi tulang punggung produksi minyak nasional.

Merujuk data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) produksi minyak Blok Rokan sepanjang tahun 2023 mencapai 161,23 ribu barel oil per day (BOPD) atau menjadi yang teratas disusul Blok Cepu sebesar 155,44 ribu BOPD. Kinerja itu berlanjut hingga enam bulan pertama tahun ini.


Produksi minyak Pertamina Hulu Rokan mencapai 157,22 ribu BOPD per semester I 2024. Secara total, kontribusi seluruh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Pertamina menjadi yang tertinggi atau setara 57% dari total produksi yang sebesar 578,27 ribu BOPD.

Kementerian ESDM menegaskan, Pertamina kini menjadi fokus untuk peningkatan produksi melalui dukungan sejumlah kebijakan hulu migas. Salah satu pertimbangannya yakni masifnya kontribusi Pertamina terhadap produksi minyak dan gas bumi nasional.

Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Ariana Soemanto mengatakan, kehadiran Blok Rokan sangat penting dalam upaya meningkatkan kinerja produksi minyak nasional.

Baca Juga: Pertamina Hulu Rokan (PHR) Temukan Cadangan Minyak Baru 3000 BOPD

"Blok Rokan sangat penting karena produksi terbesar atau lebih dari 27% dari total produksi minyak nasional. (Apalagi) demand minyak bumi dalam bauran energi nasional saat ini sekitar 46%, maka suplai minyak dari Rokan cukup strategis," kata Ariana kepada Kontan, Selasa (20/8).

Selain dampak pada ketahanan energi nasional, Blok Rokan turut memberikan dampak positif pada perekonomian daerah khususnya melalui skema mDana Bagi Hasil (DBH) daerah khususnya dengan kepemilikan hak partisipasi sebesar 10% oleh BUMD Riau yakni PT Riau Petroleum Rokan.

Ariana menjelaskan, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian ESDM terus berupaya mendukung kontraktor migas termasuk Pertamina Hulu Rokan dalam menjalankan investasi dan kegiatan hulu migas.

"Dukungan ini baik dalam hal kemudahan perizinan, dukungan penyelesaian isu teknis, sosial lingkungan dan isu krusial lainnya," imbuh Ariana.

Ariana menjelaskan, Kementerian ESDM misalnya memberikan dukungan kebijakan berupa pengenaan pajak air terproduksi yang tidak dimanfaatkan dan pembebasan indirect tax yang saat ini sedang berproses.

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi Suryodipuro mengatakan, Blok Rokan masih menyimpan potensi masif dari sejumlah kegiatan pengeboran.

"Masih ada (kegiatan) pengeboran masif dari lapangan eksisting, kemudian ada pengembangan Enhanced Oil Recovery (EOR) dan rencana pengembangan Migas Non Konvensioal (MNK)," terang Hudi ketika dihubungi Kontan, Selasa (20/8).

Hudi menerangkan, jika implementasi EOR berhasil dan terhitung ekonomis maka akan membuka peluang pengembangan baru di Blok Rokan dalam rangka mengejar target jangka panjang.

Baca Juga: Target Lifting Migas 2025 Dipangkas Jadi 600 Ribu Bph, Kenapa Menurun?

Komitmen peningkatan kinerja Blok Rokan turut disuarakan PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai Subholding Upstream Pertamina.

Corporate Secretary Pertamina Hulu Energi Arya Dwi Paramita menjelaskan, Pertamina terus mendorong kegiatan pengeboran sumur untuk mencapai target jumlah tajak sesuai Work, Plan & Budget (WP&B) serta melaksankan peningkatan program reaktivasi sumur.

"Pada 3 tahun pertama semenjak alih kelola, PHR sudah melaksanakan pemboran 7 sumur eksplorasi, di mana sumur eksplorasi pertama yakni Sidingin North-1 berhasil membukukan tambahan sumber daya kontinjen dengan angka di tempat sebesar 31,5 juta barel minyak," jelas Arya kepada Kontan, Senin (19/8).

Arya menambahkan, PHR juga melaksanakan pengeboran 2 sumur eksplorasi migas non konvensional (MNK) yakni Gulamo dan Kelok DET, yang merupakan sumur terdalam di wilayah Sumatra bagian tengah yang secara operasional sukses dan diharapkan akan memberikan tambahan sumber daya setelah kegiatan operasional dan evaluasi selesai dilaksanakan pengeboran.

Adapun, kegiatan operasi pemboran 4 sumur eksplorasi lainnya adalah migas konvensional, yakni Pinang East, Mibasa, Sihangat dan Astrea masih berlangsung. Menurutnya, dari tahapan yang berlangsung saat ini, kegiatan ini menunjukkan hasil yang positif dan sedang menunggu uji kandungan lapisan maupun dilanjutkan ke tahapan produksi.

"Produksi WK Rokan berusaha mencapai target dalam sisa tahun 2024 dengan terus mencari semua potensi yang dapat dikerjakan pada semester 2 tahun 2024," tegas Arya.

Baca Juga: Asosiasi Ungkap Sejumlah Pekerjaan Rumah yang Harus Diselesaikan Menteri ESDM

Sementara itu, saat ini untuk implementasi EOR di Blok Rokan telah mulai dieksekusi dan memasuki tahapan persiapan pengeboran.

Secara paralel, saat ini Pertamina juga sedang melakukan persiapan pekerjaan-pekerjaan fasilitas permukaan. Proyek ini direncanakan on-stream sesuai target pada akhir 2025.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari