KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) sedang melakukan penjajakan pasar Afrika untuk penjualan minyak kelapa sawit (CPO) dan produk turunnya. Pasar yang tengah mereka incar: Tunisia dan Maroko. Rencananya, Gapki mengunjungi kedua negara tersebut setelah Lebaran nanti. Togar Sitanggang, Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan dan Keberlanjutan Gapki mengatakan, negara-negara di Benua Afrika menjadi pasar menjanjikan untuk ekspor CPO dan produk turunnya. "Kami sedang kaji untuk mengekspor produk minyak sawit yang sudah diolah atau refined palm oil, seperti minyak goreng dalam bentuk kemasan dan jeriken," ujarnya akhir pekan lalu. Menurut Togar, potensi pasar CPO dan produk turunnya di Afrika saat ini masih cukup besar. Apalagi, dengan melihat populasi di benua hitam yang besar, kebutuhan terhadap minyak nabati juga besar. Bahkan, berdasarkan hasil riset Rabobank yang terbit Januari 2018 lalu, bakal terjadi peningkatan impor minyak nabati pada 2030 mendatang ke Afrika sebanyak 3,5 juta ton. Angka itu naik 33% dibandingkan dengan posisi saat ini sebanyak 10,6 juta ton impor minyak nabati.
Gapki jajaki peningkatan ekspor ke Afrika
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) sedang melakukan penjajakan pasar Afrika untuk penjualan minyak kelapa sawit (CPO) dan produk turunnya. Pasar yang tengah mereka incar: Tunisia dan Maroko. Rencananya, Gapki mengunjungi kedua negara tersebut setelah Lebaran nanti. Togar Sitanggang, Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan dan Keberlanjutan Gapki mengatakan, negara-negara di Benua Afrika menjadi pasar menjanjikan untuk ekspor CPO dan produk turunnya. "Kami sedang kaji untuk mengekspor produk minyak sawit yang sudah diolah atau refined palm oil, seperti minyak goreng dalam bentuk kemasan dan jeriken," ujarnya akhir pekan lalu. Menurut Togar, potensi pasar CPO dan produk turunnya di Afrika saat ini masih cukup besar. Apalagi, dengan melihat populasi di benua hitam yang besar, kebutuhan terhadap minyak nabati juga besar. Bahkan, berdasarkan hasil riset Rabobank yang terbit Januari 2018 lalu, bakal terjadi peningkatan impor minyak nabati pada 2030 mendatang ke Afrika sebanyak 3,5 juta ton. Angka itu naik 33% dibandingkan dengan posisi saat ini sebanyak 10,6 juta ton impor minyak nabati.