Gapki: Lemahnya permintaan pasar global picu penurunan harga CPO



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabunyngan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menilai, harga crude palm oil (CPO) yang cenderung menurun dipicu lemahnya permintaan di pasar globa khususnya permintaan dari China dan negara-negara Uni Eropa.

Harga CPO memang cenderung menurun semenjak pekan ketiga dan keempat Januari, bahkan hingga menyentuh US$ 652,5 per ton. Padahal, di pekan pertama harga CPO masih berkisar US$ 675 - US$ 697,5 per ton.

Januari tahun ini, ekspor CPO dan turunannya, selain biodisesel dan oleochemical, hanya sebesar 2,74 juta ton atau meningkat 4% dibandingkan Desember 2017 di mana jumlah ekspornya 2,63 juta ton.


Pada bulan tersebut, China pun menunjukkan perlemahan permintaan yang cukup signifikan yakni sebesar 15% dari 362.500 ton pada Desember 2017 menjadi 307.490 ton pada Januari 2018.

"Turunnya permintaan minyak sawit oleh China disebabkan persediaan minyak kedelai yang melimpah. Pembelian kedelai melimpah karena besarnya konsumsi soymeal untuk peternakan di China," ujar Sekretaris Jenderal Gapki Togar Sitanggang seperti yang tertera dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Senin (12/3).

Penurunan permintaan minyak sawit Indonesia juga diikuti oleh Uni Eropa sebesar 8% atau dari 437.940 ton di Desember 2017 turun menjadi 404.220 ton di Januari 2018.

Negara-negara Timur Tengah pun membukukan penurunan permintaan sebesar 31% dan Afrika 10%. Sementara permintaan dari India naik sangat tipis yaitu hanya 1% atau dari 593.250 ton di Desember 2017 naik menjadi 598.350 ton di Januari 2017.

Kenaikan permintaan yang signifikan dicatat oleh Amerika Serikat (AS) sebesar 68%, atau dari 115.290 ton pada Desember lalu meningkat menjadi 193.470 ton di Januari 2018. "Tuduhan dumping biodiesel terhadap Indonesia sepertinya tidak mempengaruhi permintaan minyak sawit Negeri Paman Sam ini," lanjut Togar.

Kenaikan permintaan minyak sawit dari Indonesia juga dibukukan oleh Bangladesh sebesar 244% dan Pakistan yang mencatatkan kenaikan sebesar 3%.

Di sektor biodiesel, serapan biodiesel di dalam negeri pada Januari meningkat 14% atau dari 191.000 ton di Desember lalu naik menjadi 218.000 ton pada Januari. Sementara, serapan biodiesel di dalam negeri masih konsisten tiap bulannya meskipun ada fluktuasi.

Dari sisi produksi, pada Januari produksi minyak sawit Indonesia menurun 10% atau dari 3,8 juta ton pada Desember lalu turun menjadi 3,4 juta ton. Penurunan produksi ini merupakan kejadian biasa karena memang Musim Panen Raya telah berakhir.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto