GAPKI minta pemerintah tindak lanjuti tambahan permintaan sawit dari China



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Baru-baru ini, China telah sepakat untuk menambah permintaan minyak sawit minimal 500.000 ton dari Indonesia. Menanggapi hal ini, Wakil Ketua Umum III Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Urusan Perdagangan dan Keberlanjutan Togar Sitanggang meminta supaya pemerintah menindaklanjuti permintaan China ini.

"Ini masih perlu di follow up, itu 500.000 ton untuk apa? Lebih kepada refined product-nya, bisa saja stearin, olein atau makanan," ujar Togar, Selasa (8/5).

Menurut Togar, pemerintah juga harus memastikan struktur pasar dan potensi serapan minyak sawit di China. Dengan begitu, menurut Togar, pengusaha di Indonesia juga bisa segera melakukan pendekatan bisnis dan akses pasar.


Togar bilang, sampai saat ini juga belum ada kepastian berapa besar minyak sawit yang diminta oleh China.

Sementara itu, Togar membeberkan ekspor minyak sawit Indonesia dari Januari hingga Maret 2018 sudah mencapai kurang lebih dari 6,9 juta ton. Rinciannya, ekspor minyak sawit pada Januari sekitar 2,5 juta ton, pada Februari 2,2 juta ton dan pada Maret 2,2 juta ton.

Bila dibandingkan dengan ekspor tahun lalu, jumlah ini mengalami penurunan. Pada tahun lalu, ekspor di bulan Januari mencapai 2,5 juta ton, pada Februari 2,4 juta ton, danĀ  Maret 2,3 juta ton. "Secara hari memang ada sedikit penurunan," ujar Togar.

Meski begitu, Togar pun memperkirakan ekspor tahun 2018 masih baik. Dia memperkirakan ekspor tahun 2018 meningkat 5%-10%. Dia beharap ekspor minyak sawit ini akan mulai membaik pada Juni dan Juli.

Sementara itu, Togar pun memperkirakan harga free on board (FOB) CPO masih akan berada di bawah US$ 700 per ton sepanjang tahun. "Kalau saya lihat tidak ada faktor yang mendongkrak harga CPO," kata Togar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sofyan Hidayat