GAPKI: Volume Ekspor RBD Palm Olein Indonesia Mencapai 13,4 Juta Ton di Tahun 2021



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah resmi akan memberlakukan pelarangan ekspor minyak goreng dan bahan bakunya mulai 28 April 2022. Adapun pelarangan ekspor ini ditujukan untuk produk RBD Palm Olein dengan 3 kode Harmonized System (HS) yaitu 15.11.10.36, 15.11.10.37, dan 15.11.10.39.

Data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menunjukkan, volume ekspor RBD Palm Olein di tahun 2021 mencapai 13,4 juta ton.

Angka ini merupakan hasil produksi 259 eksportir dengan komposisi eksportir di Kawasan Berikat sebanyak 66 eksportir dengan share volume sebesar 87%, sedangkan eksportir non Kawasan Berikat tercatat sebanyak 193 eksportir dengan share volume 13%.


Sekretaris Jenderal GAPKI Eddy Martono menyampaikan, diperlukan pengawasan yang ketat untuk bahan baku RBD Palm Olein, yaitu Refined Palm Oil dan bahan baku di atasnya yaitu Crude Palm Oil (CPO) yang tidak dikenakan larangan ekspor. Hal ini supaya bahan baku untuk pembuatan RBD Palm Olein tetap tersedia di pasar.

“Apabila terjadi kekurangan Refined Palm Oil, maka dapat dilakukan larangan ekspor pula,” ungkap Eddy, Rabu (27/4).

Baca Juga: Harga TBS Kelapa Sawit Terjun Bebas, Ini yang Diminta Serikat Petani Indonesia (SPI)

Selain itu, diperlukan evaluasi secara rutin baik oleh pemerintah maupun para pelaku usaha sehingga kebijakan cakupan pembatasan ekspor bisa dilakukan penyesuaian di kemudian hari.

Dalam berita sebelumnya, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) memastikan akan mematuhi kebijakan larangan ekspor minyak goreng dan bahan bakunya. Ini mengingat kebijakan tersebut pada dasarnya dilakukan untuk menjaga pasokan minyak goreng tetap melimpah dan harganya murah bagi masyarakat.

Selama ini, Astra Agro menerapkan strategi penjualan yang bersifat oportunistis yang mana perusahaan ini melihat penawaran atau harga terbaik antara penjualan ekspor dan domestik. “Dengan adanya kebijakan larangan ekspor, maka kami akan mengoptimalkan strategi penjualan di pasar domestik,” ujar Communication and Investor Relations Astra Agro Lestari Fenny Sofyan, Minggu (24/4) lalu.

Upaya AALI untuk lebih fokus pada pasar domestik sebenarnya telah dilakukan jauh-jauh hari. AALI berhasil meraih peningkatan pendapatan bersih 30,7% (yoy) menjadi Rp 6,6 triliun hingga akhir kuartal I-2022.

Angka ini telah dikurangi oleh pungutan ekspor dan pajak ekspor sebesar Rp 228 miliar pada kuartal I-2021. Nilai pungutan ekspor dan pajak ekspor ini berkurang 75,1% (ytd) dibandingkan realisasi di tahun 2020 sebesar Rp 916 miliar.

 
AALI Chart by TradingView

Berkat peningkatan pendapatan bersih tersebut, laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik saham AALI juga melesat 197,6% (yoy) menjadi Rp 483,5 miliar pada kuartal I-2022.

Sementara itu, Manajemen PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) menyatakan bahwa perusahaan ini tidak memproduksi RBD Palm Olein. Saat ini, TAPG merupakan pemain di sektor hulu sawit yang menghasilkan produk seperti CPO dan Palm Kernel (PK).

“Fokus penjualan produksi kami adalah kepada pembeli dalam negeri atau domestik,” ujar Joni Tjeng, Corporate Secretary Triputra Agro Persada, Rabu (27/4).

Ia menambahkan, pasar domestik tetap menjanjikan karena produk sawit selain dijadikan bahan pangan untuk konsumsi juga berperan sebagai sumber energi dalam bentuk biodiesel. Oleh karena itu, industri sawit masih menjadi salah satu penopang utama perekonomian Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari