Gapkindo dorong pembentukan koperasi petani karet



JAKARTA. Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) mendorong pembentukan koperasi petani karet. Pasalnya koperasi ini bisa berdampak positif bagi petani karena mereka bisa bermitra dengan industri pengolahan karet di setiap daerah. Nah industri pengolahan karet ini selalu membeli harga karet sesuai dengan fluktuasi harga internasional. Sehingga ketika harga naik, petani karet bisa seketika menikmatinya.

Ketua Umum Gapkindo Moenardji Soedargo mengatakan, sebenarnya setiap ada kenaikan harga karet, maka anggota Gapkindo selalu menyesuaikannya dengan harga pembelian di pabrik. Cuma, alur berniaga bahan baku karet yang dari petani tidak langsung menjualnya ke pintu pabrik tidak bisa menikmati kenaikan harga karet seketika.

Sebab selama ini petani menjual karet melalui beberapa rantai pedagang pengumpul, baru sampai ke pabrik. "Sehingga fluktuasi harga karet tidak langsung secara instan dirasakan oleh petani," ujarnya kepada KONTAN, Selasa (18/10).


Namun bagi petani karet yang sudah membentuk kelompok tani, Moenardji mengklaim sudah merasakan kenaikan harga karet. Sebab mereka ini langsung bermitra dengan pabrik pengolahan karet anggta Gapkindo. Nah pembentukan kelompok tani ini perlu digencarkan agar petani bisa langsung bermitra dengan pabrik pengolahan karet di setiap daerah. Tentu saja ini bukan tugas Gapkindo sendiri tapi juga perlu peran pemerintah.

Saat ini harga karet di pasar internasinoal sudah mulai menggeliat di kisaran US$ 1,5 per kg hingga US$ 1,84 per kg. Harga ini tergolong naik bila dibandingkan dengan harga sebelumnya di kisaran US$ 1,3 per kg.

Dengan harga sekarang, maka seharusnya harga karet di tingkat petani sudah berada di kisaran Rp 7.000-Rp 8.000 per kg. Namun karena panjangnya rantai pasok maka petani belum menikmati harga karet dan tetap saja harga karet petani di kisaran Rp 5.000-Rp 6.000 per kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini