Gapkindo: Harga karet kembali menurun



KONTAN.CO.ID - Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Suharto Honggokusumo mengungkap, saat ini harga karet internasional kembali mengalami penurunan.

Suharto mengatakan, pada Maret tahun lalu harga karet mencapai US$ 1,03 per kilogram (kg), dan sempat mengalami kenaikan pada awal tahun 2017 yakni lebih dari US$ 2 per kg. Hari ini, harga karet sudah menyentuh US$ 1,53 per kg.

Menurut Suharto, penurunan harga internasional ini diakibatkan faktor fundamental dan faktor non fundamental. Faktor fundamental pertama adalah pertumbuhan ekonomi dunia yang belum pulih dan terus mengalami fluktuasi. Hal ini menyebabkan kemampuan seseorang untuk melakukan pembelian pun terus mengalami penurunan.


"Sekarang kan pertumbuhan ekonomi dunia belum pulih, sementara karet itu bahan baku ban. Ban adalah bagian vital dari otomotif. Sementara, otomotif itu erat huungannya dengan pertumbuhan ekonomi," tutur Suharto kepada KONTAN, Jakarta, Rabu (30/8).

Faktor kedua adalah pengaruh harga minyak mentah. Suharto mengungkap, minyak mentah merupakan bahan baku untuk karet sintetik. Meskipun karet sintetik dan karet alam tidak menggantikan satu sama lain, namun keduanya dijadikan sebagai spekulasi harga. "Jadi, kalau harga minyak mentah turun, maka harga karet sintetik akan turun, begitu pun dengan karet alam," katanya.

Faktor ketiga adalah nilai tukar dollar AS terhadap mata uang regional. Suharto mengatakan, bila nilai mata uang regional menguat, maka harga karet akan menurun, sementara bila nilai tukar dollar menguat, maka harga karet akan turut mengalami kenaikan.

Faktor keempat atau faktor non fundamental adalah pengaruh iklim. Iklim berpengaruh besar terhadap ketersediaan pasokan karet. Semakin sedikit pasokan karet, maka harga akan semakin tinggi. Begitu pun dengan sebaliknya.

Meskipun saat ini harga karet sedang mengalami penurunan, namun Suharto berharap dalam beberapa waktu ke depan harga karet akan mulai terangkat. Apalagi sekarang ini pohon karet di garis khatulistiwa tengah mengalami gugur daun.

"Sekarang memang sedang banyak stoknya, tetapi sekarang juga ada gugur daun dan suplai-nya kurang, mudah-mudahan harga bisa diangkat walaupun tidak tinggi karena memang banyak faktor yang mempengaruhi," terang Suharto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto