JAKARTA. Penurunan harga karet alam terus berlanjut. Harga karet terjun bebas dalam sepuluh tahun terakhir dan saat ini menjadi sebesar Rp 4.000 - Rp 4.500 per kg di tingkat petani. Sementara di pasar internasional, harga karet tinggal US$ 1,2 per kilogram (kg), jauh dari harga ideal sebesar US$ 2 per kg. Penurunan harga karet tersebut sontak membuat petani karet menjadi pihak yang paling dirugikan dan sebagian besar memilih pekerjaan lain. Ketua Umum Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Moenardji Soedargo mengatakan saat ini harga karet sudah berada di titik yang paling mengkhawatirkan. Bila pemerintah tidak segera mengambil tindakan nyata, maka penurunan harga karet tidak dapat dibendung lagi. Karena itu, Gapkindo mendesak pemerintah segera meningkatkan penyerapan karet dalam negeri. "Kami meminta inisiasi dari pemerintah untuk mengembangkan penyerapan karet alam dalam penggunaan di proyek-proyek infrastruktur yang tengah dikembangkan saat ini," ujar Moenardji kepada KONTAN, Senin (23/11). Penurunan harga karet di luar batas kewajaran ini disebabkan adanya perbedaan perkiraan stok karet dunia pada akhir tahun, dari dua lembaga internasional yang berbeda. Menurut perkiraan Internasional Rubber Study Group (IRSG) stok global bisa mencapai 3 juta ton hingga penutupan 2015. Sementara itu, menurut LMC International Ltd, pasokan karet pada akhir tahun cuma 2 juta ton. "Perbedaan data yang besar membuat kami menduga ada ketidakberesan dalam IRSG yang menyebabkan harga karet tertekan kebablasan," imbuhnya. Moenardji tidak menepis kalau saat ini pasokan karet memang surplus di pasar internasional. Namun surplus tersebut tidak sebesar yang diprediksi IRSG.
Gapkindo minta pemerintah menyerap karet alam
JAKARTA. Penurunan harga karet alam terus berlanjut. Harga karet terjun bebas dalam sepuluh tahun terakhir dan saat ini menjadi sebesar Rp 4.000 - Rp 4.500 per kg di tingkat petani. Sementara di pasar internasional, harga karet tinggal US$ 1,2 per kilogram (kg), jauh dari harga ideal sebesar US$ 2 per kg. Penurunan harga karet tersebut sontak membuat petani karet menjadi pihak yang paling dirugikan dan sebagian besar memilih pekerjaan lain. Ketua Umum Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Moenardji Soedargo mengatakan saat ini harga karet sudah berada di titik yang paling mengkhawatirkan. Bila pemerintah tidak segera mengambil tindakan nyata, maka penurunan harga karet tidak dapat dibendung lagi. Karena itu, Gapkindo mendesak pemerintah segera meningkatkan penyerapan karet dalam negeri. "Kami meminta inisiasi dari pemerintah untuk mengembangkan penyerapan karet alam dalam penggunaan di proyek-proyek infrastruktur yang tengah dikembangkan saat ini," ujar Moenardji kepada KONTAN, Senin (23/11). Penurunan harga karet di luar batas kewajaran ini disebabkan adanya perbedaan perkiraan stok karet dunia pada akhir tahun, dari dua lembaga internasional yang berbeda. Menurut perkiraan Internasional Rubber Study Group (IRSG) stok global bisa mencapai 3 juta ton hingga penutupan 2015. Sementara itu, menurut LMC International Ltd, pasokan karet pada akhir tahun cuma 2 juta ton. "Perbedaan data yang besar membuat kami menduga ada ketidakberesan dalam IRSG yang menyebabkan harga karet tertekan kebablasan," imbuhnya. Moenardji tidak menepis kalau saat ini pasokan karet memang surplus di pasar internasional. Namun surplus tersebut tidak sebesar yang diprediksi IRSG.