JAKARTA. Kenaikan tarif passanger service charge (PSC) atau yang dikenal dengan airport tax di sejumlah bandara rupanya turut berimbas pada jumlah kunjungan wisatawan Indonesia ke luar negeri. Biro pemesanan tiket dan hotel Air Asia Go menengarai hal itu menjadi salah satu penyebab turunnya pemesanan tiket ke luar negeri dibanding tahun lalu. “Sekarang penerbangan internasional lebih rendah padahal dulunya nggak. Salah satunya karena naiknya airport tax,” kata Stanly Fredrik Napoleon Mangindaan, Head Marketing AirAsia Go kepada Kontan, akhir pekan lalu. Sayangnya, Stanly belum bisa mengukur penurunan pemesanan ke luar negeri itu terjadi untuk rute mana saja. Menurutnya selain karena kenaikan tarif PSC ke luar negeri yang mencapai Rp 200 ribu, penurunan juga disebabkan karena persoalan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap sejumlah mata uang asing. Hal itu terlihat dari banyaknya wisatawan domestik yang mengalihkan tujuan wisata ke negara-negara dengan nilai tukar mata uang yang stabil. Ia mencontohkan saat ini Bangkok (Thailand) dan Kuala Lumpur (Malaysia) lebih diminati ketimbang Singapura. Kata Stanly, kurs mata uang di dua negara tersebut tidak setinggi Singapura. Bangkok menjadi destinasi favorit pertama kemudian diikuti dengan Kuala Lumpur. Kondisi tersebut mau tak mau merubah fokus pendapatan Air Asia Go. Biro perjalanan anak usaha maskapai Air Asia Indonesia yang semula lebih didominasi oleh pemesanan tiket dan hotel ke luar negeri, kini terpaksa merubah fokus pemesanan. Rute domestik justru diperkirakan akan memberi kontribusi 60% bagi pendapatan dan sisanya 40% berasal dari rute luar negeri. Meski demikian Stanly masih tetap optimis bisa mencapai pertumbuhan nilai transaksi tahun ini. Ia menyakini penurunan pemesanan ke luar negeri itu akan beralih ke pemesanan dalam negeri. Menurutnya animo masyarakat Indonesia untuk berlibur masih cukup tinggi. “Jadi kalau dipikir liburan ke luar negeri hanya sekali mending ke dalam negeri bisa berkali-kali,” imbuhnya. Sejak dibentuk 9 September 2011, AirAsia Go sudah bisa memberikan kontribusi ke Air Asia sebagai induk perusahaan antara 2% - 5% dari total pendapatan. Perusahaan patungan dengan biro travel online asal Amerika, Expedia ini menargetkan tahun depan terjadi peningkatan kontribusi menjadi 10% ke induk usaha.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Gara-gara airport tax, liburan ke LN jadi turun
JAKARTA. Kenaikan tarif passanger service charge (PSC) atau yang dikenal dengan airport tax di sejumlah bandara rupanya turut berimbas pada jumlah kunjungan wisatawan Indonesia ke luar negeri. Biro pemesanan tiket dan hotel Air Asia Go menengarai hal itu menjadi salah satu penyebab turunnya pemesanan tiket ke luar negeri dibanding tahun lalu. “Sekarang penerbangan internasional lebih rendah padahal dulunya nggak. Salah satunya karena naiknya airport tax,” kata Stanly Fredrik Napoleon Mangindaan, Head Marketing AirAsia Go kepada Kontan, akhir pekan lalu. Sayangnya, Stanly belum bisa mengukur penurunan pemesanan ke luar negeri itu terjadi untuk rute mana saja. Menurutnya selain karena kenaikan tarif PSC ke luar negeri yang mencapai Rp 200 ribu, penurunan juga disebabkan karena persoalan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap sejumlah mata uang asing. Hal itu terlihat dari banyaknya wisatawan domestik yang mengalihkan tujuan wisata ke negara-negara dengan nilai tukar mata uang yang stabil. Ia mencontohkan saat ini Bangkok (Thailand) dan Kuala Lumpur (Malaysia) lebih diminati ketimbang Singapura. Kata Stanly, kurs mata uang di dua negara tersebut tidak setinggi Singapura. Bangkok menjadi destinasi favorit pertama kemudian diikuti dengan Kuala Lumpur. Kondisi tersebut mau tak mau merubah fokus pendapatan Air Asia Go. Biro perjalanan anak usaha maskapai Air Asia Indonesia yang semula lebih didominasi oleh pemesanan tiket dan hotel ke luar negeri, kini terpaksa merubah fokus pemesanan. Rute domestik justru diperkirakan akan memberi kontribusi 60% bagi pendapatan dan sisanya 40% berasal dari rute luar negeri. Meski demikian Stanly masih tetap optimis bisa mencapai pertumbuhan nilai transaksi tahun ini. Ia menyakini penurunan pemesanan ke luar negeri itu akan beralih ke pemesanan dalam negeri. Menurutnya animo masyarakat Indonesia untuk berlibur masih cukup tinggi. “Jadi kalau dipikir liburan ke luar negeri hanya sekali mending ke dalam negeri bisa berkali-kali,” imbuhnya. Sejak dibentuk 9 September 2011, AirAsia Go sudah bisa memberikan kontribusi ke Air Asia sebagai induk perusahaan antara 2% - 5% dari total pendapatan. Perusahaan patungan dengan biro travel online asal Amerika, Expedia ini menargetkan tahun depan terjadi peningkatan kontribusi menjadi 10% ke induk usaha.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News