Gara-gara Amerika, Alibaba Batalkan Rencana Spin Off Unit Bisnis Cloudnya



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Alibaba Group Holding batal melakukan pemisahan atau spin off unit bisnis bisnisnya di bidang cloud atau komputasi awan. 

Keputusan itu merupakan imbas dari kebijakan Amerika Serikat (AS) membatasi akses perusahaan China terhadap chip canggih yang ditujukan untuk aplikasi berbasis kecerdasan buatan. 

Alibaba mengatakan perusahaan tidak akan lagi melanjutkan spin off Cloud Intelligence Group (CIG). "Pembatasan ekspor chip yang diterapkan AS telah mempersulit perusahaan China untuk mendapatkan pasokan chip penting untuk teknologi kecerdasan buatan," tulis perusahaan dilansir Financial Times, Jumat (17/11).


Otoritas AS melarang penjualan chip H800 dan A800 canggih Nvidia yang berfokus pada kecerdasan buatan (artificial intelligence/ AI) pada Oktober.

Alibaba telah mengumumkan untuk memisahkan bisnis cloudnya pada Maret 2023 lalu sebagai bagian dari kebijakan restrukturisasi besar-besaran yang dilakukan perusahaan. Setelahnya, hasil spin off akan dibawa melantai ke bursa saham. 

Baca Juga: China Semakin Gencar Selidiki Perusahaan Asing, Ada Apa?   Cabang komputasi awan Alibaba saat ini tercatat bersaing dengan Amazon Web Services dan Microsoft Azure. 

Para analis pada Maret memperkirakan divisi cloud bisa bernilai sekitar US$ 41 miliar - US$ 60 miliar, tetapi telah memperingatkan bahwa pencatatannya dapat menarik perhatian baik dari regulator China dan luar negeri karena banyaknya data yang dikelolanya.

Perusahaan yang berbasis di Hangzhou ini juga menunda rencana pencatatan bisnis bahan makanan Freshippo.

Alibaba melaporkan pendapatan kuartal kedua sebesar 224,79 miliar yuan (31,01 miliar dolar AS), sejalan dengan perkiraan analis sebesar 224,32 miliar.

Kepala Eksekutif Alibaba Eddie Wu melaporkan pendapatan merinci strategi masa depan perusahaan, bahwa setiap bisnisnya akan menghadapi pasar dengan lebih independen dan mereka akan melakukan tinjauan strategis untuk membedakan antara inti dan noninti bisnis perusahaan. 

Editor: Dina Hutauruk