Gara-gara corona, kinerja Solusi Bangun (SMCB) diprediksi tertekan di kuartal II-2020



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) berhasil mencetak kinerja ciamik sepanjang tiga bulan pertama 2020. Entitas usaha PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) ini berhasil membukukan laba bersih senilai Rp 68,43 miliar. Padahal, SMCB masih membukukan kerugian Rp 123,02 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya.

Berbaliknya kerugian menjadi laba bersih tidak lepas dari naiknya pendapatan bersih. Tercatat, anak usaha PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) ini membukukan pendapatan sebesar Rp 2,46 triliun, naik 4,89% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Baca Juga: Raih laba bersih, kinerja Solusi Bangun Indonesia (SMCB) di kuartal I-2020 cemerlang


Sementara itu, SMCB mencatat volume penjualan sepanjang kuartal I-2020 sebanyak 2,84 juta ton, naik 5,78% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya 2,68 juta ton.

Presiden Direktur Solusi Bangun Indonesia Aulia Mulki Oemar mengatakan, capaian ini tidak lepas dari sinergi yang kuat dan penerapan koordinasi untuk mengamankan pasokan selama pandemi Covid-19. Selain itu, fokus sinergi dengan SMGR dan peluncuran brand ‘Dynamix’ pada akhir kuartal ketiga tahun lalu, mampu membantu SMCB dalam mempertahankan kinerja di tengah terpaan musim penghujan dan pandemi Covid-19.

Meski demikian, Aulia memperkirakan kinerja bisnis SMCB di kuartal kedua tahun ini akan mengalami tekanan. 

“Kami prediksi kinerja bisnis di kuartal kedua tahun ini akan mengalami tekanan berat karena dampak pandemi Covid-19, khususnya untuk pasar ritel,” ujar Aulia dalam rilis resmi, Kamis (14/5).

Baca Juga: JPFA hingga SCMB akan rights issue, mana yang paling menarik dieksekusi?

Aulia mengapresiasi langkah pemerintah yang memberikan prioritas operasional bagi sektor-sektor strategis termasuk bahan bangunan. Sehingga proyek-proyek infrastruktur masih tetap dapat berjalan walaupun melambat.

Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat total penjualan semen domestik dan ekspor sepanjang kuartal I-2020 sebesar 16,29 juta ton. Konsumsi dalam negeri terkoreksi hampir 5% menjadi 14,9 juta ton, sedangkan ekspor turun 2,5% menjadi 1,39 juta ton. Hal ini tidak lepas dari pengaruh curah hujan yang kurang ideal untuk pelaksanaan pembangunan dan kegiatan pemeliharaan (overhaul).

Selain itu, merebaknya pandemi Covid-19 di Indonesia mulai awal Maret 2020 lalu turut mengurangi pergerakan dalam rantai pasokan kepada pelanggan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi