KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Efek pandemi yang menggerus pertumbuhan ekonomi nasional juga turut mempengaruhi kontribusi perbankan terhadap PDB yang ikut menurun. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada kuartal II-2020, kinerja intermediasi perbankan menyumbang Rp 94,66 triliun, atau setara 2,56% dari total PDB senilai Rp 3.687,68 triliun.
Baca Juga: Rayakan HUT RI ke-75, BNI tebar promo khusus Nilai tersebut berkurang dibandingkan kontribusi industri perbankan pada kuartal I-2020 senilai Rp 114,79 triliun atau setara 2,92% dari total PDB senilai Rp 3.922,676 triliun. Di sisi lain, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga mencatat pertumbuhan kredit perbankan sepanjang pada kuartal I-2020 juga makin loyo dibandingkan kuartal sebelumnya. “Pada kuartal II-2020 pertumbuhan kredit sebesar 1,49% (yoy), memang mengalami penurunan secara gradual dibandingkan kuartal I-2020 sebesar 2,77% (yoy),” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso belum lama ini.
Meski demikian, Wimboh bilang memasuki kuartal III-2020 pertumbuhan kredit kembali meningkat akibat sejumlah stimulus yang diberikan pemerintah. Terutama terkait penempatan dana kepada bank pelat merah dan bank daerah, termasuk soal penjaminan kredit UMKM maupun korporasi yang ditanggung pemerintah. Adapun Ekonom INDEF Bhima Yushistira menjelaskan untuk memperbaiki kinerja sekaligus kontribusi perbankan memang sejumlah stimulus tadi memang perlu dioptimalkan buat memulihkan ekonomi. Meskipun ia menaksir hingga akhir tahun, perbankan masih akan tetap menahan ekspansi.
Baca Juga: Peluang masih terbuka, bankir ramal kredit konsumer tetap tumbuh sepanjang tahun “Pertumbuhan kredit akan alami kontraksi yang cukup dalam, terutama karena adanya perbankan akan lebih hati-hati menyalurkan kredit. proyeksinya pertumbuhan kredit bahkan bisa lebih rendah atau hingga negatif, karena sejak Mei sudah berada di level 2%,” katanya kepada Kontan.co.id.
Editor: Tendi Mahadi