JAKARTA. Pelemahan ekonomi global bakal berimbas pada kinerja PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) pada tahun ini. Keuntungan produsen aluminium ingot ini diperkirakan bakal jeblok, seiring terpapasnya harga aluminium di pasar internasional.Meski kondisi pasar utama Inalum yaitu Jepang dan Indonesia tidak terkena dampak secara signifikan oleh oleh pelemahan ekonomi di benua Eropa dan Amerika Serikat, namun kondisi global telah mengakibatkan harga aluminium ingot jatuh.Ketua Otorita Asahan Effendi Sirait mengungkapkan, harga aluminium ingot selama semester I-2012 hanya sekitar US$ 1.800 per ton. Padahal harga rata-rata pada sepanjang tahun lalu mencapai US$ 2.300 per ton. Itu artinya, harga aluminium ingot sudah rontok sebesar 21% dibanding tahun lalu.Effendi bilang, tren pelemahan harga aluminium ingot global ini terjadi sejak akhir tahun lalu dan masih terjadi sampai saat ini. Bahkan, tren pelemahan ini diproyeksi bakal terus berlanjut sampai akhir tahun ini.Oleh karena harga aluminium ingot yang sulit membaik secara signifikan, Effendi menduga, Inalum bakal sulit menjaga target harga jual aluminium ingot perusahaan pada tahun ini, yaitu sebesar US$ 2.200 per ton. "Rasanya sulit mencapai target tersebut, bahkan bisa merosot cukup signifikan," paparnya.Bahkan, pelemahan harga aluminium ingot global ini sudah terlihat imbasnya pada kinerja semester I-2012. Selama periode tersebut, laba bersih Inalum terjun bebas. Rata-rata laba yang bisa diraih selama enam bulan pertama di 2012 hanya US$ 2 juta sebulan. Padahal, tahun lalu, perusahaan ini bisa meraup hingga US$ 10 juta sebulan."Tahun ini, laba Inalum mungkin akan anjlok hingga 80% dibandingkan tahun lalu," proyeksi Effendi. Jika, tahun lalu, Inalum bisa menorehkan laba US$ 100 juta, tahun ini diperkirakan laba itu hanya akan mencapai US$ 24 juta.Produksi stabilMeski harga jual masih suram, namun dari kegiatan produksi dan penjualan Inalum tidak menurun. Kata Effendi, kapasitas produksi maupun penjualan aluminium ingot Inalum mencapai 260.000 ton per tahun. "Penjualan dan produksi masih konsisten. Sehingga penurunan laba murni karena pengaruh luar," jelasnya.Nah, untuk meminimalisir penurunan laba, Inalum akan terus melakukan efisiensi. Kata Effendi, meskipun hal tersebut tidak bisa berpengaruh signifikan, namun paling tidak bisa menjaga agar Inalum tidak sampai merugi.Dari total produksi aluminium Inalum yang mencapai 260.000 ton setahun, sebanyak 60% akan dijual ke pasar Jepang. Sementara, 40% sisanya atau setara 100.000 ton dipasok untuk dalam negeri.Saat ini, kebutuhan nasional masih cukup besar, yaitu berkisar 300.000-500.000 ton setahun. Rata-rata, saban tahun, kebutuhan aliminium ingot di pasar domestik meningkat sebesar 5%. Konsumsi domestik terus bertumbuh, lantaran adanya peningkatan kebutuhan untuk industri transportasi, bangunan (konstruksi), dan industri pengemasan.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Gara-gara harga anjlok, keuntungan Inalum jeblok
JAKARTA. Pelemahan ekonomi global bakal berimbas pada kinerja PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) pada tahun ini. Keuntungan produsen aluminium ingot ini diperkirakan bakal jeblok, seiring terpapasnya harga aluminium di pasar internasional.Meski kondisi pasar utama Inalum yaitu Jepang dan Indonesia tidak terkena dampak secara signifikan oleh oleh pelemahan ekonomi di benua Eropa dan Amerika Serikat, namun kondisi global telah mengakibatkan harga aluminium ingot jatuh.Ketua Otorita Asahan Effendi Sirait mengungkapkan, harga aluminium ingot selama semester I-2012 hanya sekitar US$ 1.800 per ton. Padahal harga rata-rata pada sepanjang tahun lalu mencapai US$ 2.300 per ton. Itu artinya, harga aluminium ingot sudah rontok sebesar 21% dibanding tahun lalu.Effendi bilang, tren pelemahan harga aluminium ingot global ini terjadi sejak akhir tahun lalu dan masih terjadi sampai saat ini. Bahkan, tren pelemahan ini diproyeksi bakal terus berlanjut sampai akhir tahun ini.Oleh karena harga aluminium ingot yang sulit membaik secara signifikan, Effendi menduga, Inalum bakal sulit menjaga target harga jual aluminium ingot perusahaan pada tahun ini, yaitu sebesar US$ 2.200 per ton. "Rasanya sulit mencapai target tersebut, bahkan bisa merosot cukup signifikan," paparnya.Bahkan, pelemahan harga aluminium ingot global ini sudah terlihat imbasnya pada kinerja semester I-2012. Selama periode tersebut, laba bersih Inalum terjun bebas. Rata-rata laba yang bisa diraih selama enam bulan pertama di 2012 hanya US$ 2 juta sebulan. Padahal, tahun lalu, perusahaan ini bisa meraup hingga US$ 10 juta sebulan."Tahun ini, laba Inalum mungkin akan anjlok hingga 80% dibandingkan tahun lalu," proyeksi Effendi. Jika, tahun lalu, Inalum bisa menorehkan laba US$ 100 juta, tahun ini diperkirakan laba itu hanya akan mencapai US$ 24 juta.Produksi stabilMeski harga jual masih suram, namun dari kegiatan produksi dan penjualan Inalum tidak menurun. Kata Effendi, kapasitas produksi maupun penjualan aluminium ingot Inalum mencapai 260.000 ton per tahun. "Penjualan dan produksi masih konsisten. Sehingga penurunan laba murni karena pengaruh luar," jelasnya.Nah, untuk meminimalisir penurunan laba, Inalum akan terus melakukan efisiensi. Kata Effendi, meskipun hal tersebut tidak bisa berpengaruh signifikan, namun paling tidak bisa menjaga agar Inalum tidak sampai merugi.Dari total produksi aluminium Inalum yang mencapai 260.000 ton setahun, sebanyak 60% akan dijual ke pasar Jepang. Sementara, 40% sisanya atau setara 100.000 ton dipasok untuk dalam negeri.Saat ini, kebutuhan nasional masih cukup besar, yaitu berkisar 300.000-500.000 ton setahun. Rata-rata, saban tahun, kebutuhan aliminium ingot di pasar domestik meningkat sebesar 5%. Konsumsi domestik terus bertumbuh, lantaran adanya peningkatan kebutuhan untuk industri transportasi, bangunan (konstruksi), dan industri pengemasan.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News