JAKARTA. Persaingan di bisnis telekomunikasi semakin berat saja. Hal itulah yang mendorong PT Global Mediacom Tbk (BMTR) berniat melego sejumlah saham PT Mobile-8 Telcom Tbk (FREN). Untuk itu, perusahaan ini sedang melakukan penjajakan dengan sejumlah investor strategis yang berminat membeli saham FREN.Menurut seorang sumber KONTAN, Global Mediacom masih belum bisa memutuskan jumlah saham yang akan dilepas nantinya. Yang jelas, perusahaan ini membuka kemungkinan menjual sisa kepemilikan 51% saham Mobile-8 yang dimilikinya saat ini.Asal tahu saja, Global Mediacom baru saja melepas 15,81% saham Mobile-8 ke pasar. Sehingga, kini, perusahaan itu hanya tinggal menguasai 51% saham Mobile-8 dari yang semula mengempit sekitar 66,81%. Penjualan saham FREN ke pasar itu dilakukan pada tanggal 1 Agustus 2008 hingga 8 Agustus 2008 lalu. Emiten berkode saham BMTR itu menjual 3,199 miliar saham FREN di pasar dengan harga Rp 143 per saham.
David Fernando Audy, Kepala Hubungan Investor Global Mediacom mengungkapkan bahwa sampai sekarang, BMTR masih mengkaji kemungkinan untuk melepas 51% sisa saham Mobile-8 yang dimiliki. Keputusannya juga masih harus menunggu. "Kalau kita memutuskan untuk melepas, tidak mungkin kita akan melepas 51% itu ke pasar," ujar David. Perang Tarif Memperburuk Kinerja David mengungkapkan, munculnya niatan untuk menjual saham FREN sebetulnya terlintas sudah cukup lama. Pemicunya, perang tarif yang terjadi antar perusahaan telekomunikasi memperburuk kinerja FREN. "Kita menjual saham ini bukan hanya kinerja, memang persaingan bisnis ini sulit," imbuh David. Pada kuartal I 2008 lalu, misalnya. FREN membukukan rugi bersih sebesar Rp 22,3 miliar. Padahal, pendapatannya mengalami peningkatan menjadi Rp 210,14 miliar. Sementara pada kuartal I tahun sebelumnya, pendapatan FREN Rp 183,87 miliar dengan laba bersih Rp 16,87 miliar. Selain persaingan dan promosi yang butuh modal besar, faktor lain seperti infrastruktur telekomunikasi juga dirasa memberatkan. Global Mediacom mencatat, bahwa para operator telekomunikasi kini mengucurkan biaya promosi media yang cukup besar. "Belanja iklan mereka memang paling besar. Bahkan lebih besar dibandingkan dengan rokok," tutur David. Kini, Global Mediacom lebih memilih untuk fokus mengembangkan bisnis televisi berlangganan. BMTR sendiri saat ini sudah memiliki 51% saham PT MNC Sky Vision yang bergerak di bidang bisnis televisi berlangganan dengan mengusung merek Indovision. Rencananya, dana sejumlah Rp 457,54 miliar dari hasil penjualan 15,81% saham FREN ke pasar, akan digunakan buat ekspansi di bisnis itu. Yakni dengan menambah kepemilikan sahamnya di MNC Sky Vision menjadi lebih dari 65%. "Mungkin dalam waktu kurang dari satu bulan bisa selesai," kata David. Sebagai gambaran, David menjelaskan, total nilai 100% saham MNC Sky Vision adalah sekitar US$ 600 juta atau sekitar Rp 5,46 triliun. Selain dari hasil penjualan saham FREN tadi, BMTR pun sudah menyiapkan dana tambahan dari kas internal untuk menambah kepemilikan saham di MNC Sky Vision itu. David mengakui, bisnis televisi berlangganan cukup menjanjikan. Apalagi mengingat penetrasi pasar televisi berlangganan hanya 2% sehingga masih potensi perkembangannya masih cukup besar. Saat ini, pangsa pasar MNC Sky Vision mencapai 50%.
Albert Panjaitan, analis Sucorinvest Central Gani menilai positif keputusan Global Mediacom melepas sebagian saham FREN tersebut. Pasalnya, lanjut Albert, kinerja FREN saat ini masih kalah saing dibanding perusahaan telekomunikasi lainnya. Namun, ia juga melihat, keputusan BMTR menambah kepemilikan saham di MNC Sky Vision tak akan berdampak signifikan dalam waktu dekat ini. Sebab, bisnis televisi berlangganan ini juga membutuhkan belanja modal yang juga cukup besar. "Saya merekomendasikan netral saja untuk kedua saham ini," tutur Albert. Pada semester I 2008 lalu, BMTR membukukan pendapatan Rp 2,58 triliun. Pendapatan ini meningkat 29,51% dari pendapatan semester I tahun lalu sebesar Rp 2 triliun. Sementara, laba bersihnya turun tajam 86,71% dari Rp 1,18 triliun pada semester I 2007 menjadi Rp 157 miliar di enam bulan pertama tahun ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie