Gara-gara krisis Eropa, laba Tata Steel anjlok 90%



MUMBAI. Kinerja Tata Steel Ltd. di kuartal terakhir mengecewakan. Penurunan laba produsen baja terbesar di India ini bahkan lebih buruk dari perkiraan, akibat krisis utang di Eropa. Pasalnya, krisis menyebabkan surutnya permintaan dan harga baja.Kemarin, Tata Steel melaporkan, laba bersihnya anjlok 90% menjadi 4,33 miliar rupee (US$ 79 juta) di kuartal yang berakhir 31 Maret. Padahal di periode yang sama tahun sebelumnya, keuntungan perusahan ini mencapai 41,8 miliar rupee. Rilis tersebut meleset dari prediksi para analis yang menduga laba Tata bisa sebesar 8,81 miliar rupee.Namun, penjualan Tata masih naik tipis 1% menjadi 338,6 miliar rupee di akhir Maret tahun ini.Sebagai catatan, produk domestik bruto (PDB) di 17 negara zona euro stagnan pada kuartal lalu, dibandingkan kuartal sebelumnya. Ini berimbas pada permintaan baja.

CEO Tata Steel Europe Karl-Ulrich Kohler bilang, pengiriman baja di kuartal terakhir surut 6,5% menjadi 6,22 juta ton. Selain faktor krisis, juga ada kendala pada operasional. Selanjutnya, permintaan baja di Uni Eropa juga diprediksi bakal turun sekitar 2,7% untuk tahun ini, akibat imbas krisis.Di sisi lain, perusahaan yang berbasis di Mumbai ini mengaku, biaya produksi naik 5% menjadi 319,1 miliar rupee di kuartal ini. Sedangkan biaya bahan baku turun 5% menjadi 102,2 miliar rupee. Kohler berharap, produksi dari pabrik di Eropa mulai stabil sejak Januari setelah tanur tiup baru di Port Talbot mulai berproduksi. Harga bahan baku yang lebih rendah akan meningkatkan margin untuk bisnis di Eropa.Pada 27 April lalu, World Steel Association memprediksi, konsumsi baja global akan naik 3,6% di tahun ini. Lebih rendah dibanding kenaikan tahun lalu yang mencapai 5,6%. Ini mungkin terjadi seiring melambatnya permintaan dari Eropa dan China.


Editor: Dupla Kartini