Gara-gara Perang Ukraina, Produsen Mi Instan di Thailand Menjerit



KONTAN.CO.ID - BANGKOK. Lima produsen utama mi instan mendesak pemerintah Thailand untuk mengizinkan mereka menaikkan harga dalam waktu seminggu. Para produsen memperingatkan kenaikan biaya produksi yang mempengaruhi salah satu bahan makanan paling populer di negara itu.

Melansir The Guardian, perang di Ukraina, serta kekeringan dan banjir selama setahun terakhir, telah menyebabkan biaya gandum, energi dan biaya transportasi meningkat tajam. Kondisi itulah yang mempengaruhi harga mi instan di seluruh Asia.

Di Thailand - di mana tingkat inflasi mencapai 7,61% pada bulan Juli - pemerintah memberlakukan kontrol harga pada barang-barang penting tertentu dalam upaya untuk mengurangi tekanan pada konsumen. 


Batas harga ditempatkan pada barang-barang seperti telur, minyak goreng serta mi – yang disukai oleh banyak orang sebagai makanan yang murah dan nyaman – serta bahan bangunan.

Produsen mi instan Mama, Wai Wai, Yum Yum, Nissin, dan Suesat telah memperingatkan bahwa batasan harga saat ini pada produk mereka tidak berkelanjutan. 

Baca Juga: Banyak yang Menyangkal Prediksi Lonjakan Harga Mi Instan, Ini Jawaban Kementan

Dalam surat bersama yang disampaikan kepada pemerintah minggu ini, perusahaan meminta harga naik dari 6 baht menjadi 8 baht. Ini akan menjadi kenaikan pertama harga eceran mi instan sejak 2008 atau 14 tahun terakhir.

Pabrik Produk Makanan Thailand, produsen Wai Wai telah mengklaim bahwa beberapa produk dijual dengan kerugian, dan akan mengurangi penjualannya di Thailand demi pasar luar negeri, kecuali jika harga dinaikkan. 

Wai Wai mengatakan, biaya produksi mereka telah meningkat tajam karena invasi Rusia ke Ukraina, yang telah mendorong naiknya harga tepung terigu dan minyak.

"Harga minyak telah meningkat pesat karena konflik Rusia-Ukraina," jelas Weera Napapruekchat, Wakil Presiden Pabrik Produk Makanan Thailand, yang memproduksi Wai Wai seperti yang dilansir dari India Times.

Dia menambahkan bahwa harga tepung terigu dan minyak sawit juga meningkat tajam.

Mengutip The Guardian, pemerintah Thailand sedang mempertimbangkan permintaan mereka, meskipun menteri perdagangan Jurin Laksanawisit mengatakan kepada media Thailand bahwa dia yakin kenaikan menjadi 8 baht terlalu tinggi dan ini akan membebani konsumen.

Baca Juga: 10 Negara dengan Konsumsi Mie Instan Terbanyak di Dunia, Indonesia Urutan Berapa?

Keputusan akan dibuat oleh Departemen Departemen Perdagangan Internal, tambahnya. 

“Saya pikir mereka sedang mempertimbangkan semua biaya sekarang. Kalau memang benar-benar perlu mengubah harga, harus mengikuti biaya (produksi) yang sebenarnya,” ujarnya. 

Jika biaya produksi kemudian turun, harga eceran juga harus turun, tambahnya.

Harga mi telah meningkat di tempat lain di Asia, termasuk di Jepang dan Korea Selatan. Sementara perkiraan menunjukkan bahwa biaya gandum bisa naik 30% tahun ini di China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie