Gara-gara WeWork dan Uber, SoftBank catat kerugian pertama dalam 14 tahun



KONTAN.CO.ID - TOKYO. SoftBank melaporkan kerugian kuartalan pertama selama 14 tahun. Hal ini menjadi momen terburuk bagi sang CEO Masayoshi Son, karena dukungannya terhadap perusahaan startup WeWork yang kini terbelit masalah. 

SoftBank pada bulan lalu terpaksa menghabiskan lebih dari US$ 10 miliar untuk menjamin WeWork setelah upaya IPO-nya gagal.

Baca Juga: Pertumbuhan ekonomi Jepang di kuartal III diprediksi melambat


Dikutip dari Reuters, Son mengakui bahwa penilaian investasinya memang buruk dalam banyak hal dan ia sangat merenunginya. Dia mengatakan telah menutup mata terhadap masalah tata kelola dalam perusahaan WeWork. Namun ia tetap percaya bahawa WeWork merupakan perusahaan yang solid dan akan segera pulih.

SoftBank Group Corp mengatakan, Vision Fund senilai US$ 100 miliar memberikan kontribusi kerugian operasional sebesar US$ 8,9 miliar pada kuartal III, dan kerugian yang belum terealisasi sebesar 537,9 miliar yen selama semester I 2019 karena taruhan pada WeWork dan Uber yang tidak berhasil.

Secara keseluruhan perusahaan ini membukukan kerugian operasional US$ 6,5 miliar pada kuartal III dibandingkan dengan perolehan laba sebesar 706 miliar yen pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Nilai investasi SoftBank pada WeWork tercatat sebesar US$ 3,4 miliar pada kuartal kedua dan diperkirakan kerugiannya bertambah menjadi US$ 4,6 miliar pada tahun fiskal berjalan.

Sementara itu utang SoftBank cukup besar, lebih dari US$ 51 miliar dalam bentuk obligasi, dan pinjaman bank sebesar US$ 36 miliar. Menurut data Revinitv, biaya utang SoftBank tertinggi ketujuh di antara semua perusahaan di Nikkei 225 Stock Average.

Baca Juga: Sumitomo, Mitsubishi dan Mitsui bersaing jadi mitra Pertamina Power di Bangladesh?

Son meningkatkan pengawasan pada pasar terhadap profitabilitas atas investasinya pada beberapa startup yang belum membuahkan hasil, Son juga lebih berhati-hati dalam pengaturan waktu IPO-nya.

Son berharap Vision Fund yang kedua berjalan sesuai jadwal dan besarnya sama dengan dana pertama, namun menolak untuk melakukan negosiasi baru dengan investor.

Editor: Tendi Mahadi