Garap pasar baru, Tata Metal ekspor baja ke Amerika dan Kanada



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 memberikan dampak terhadap perekonomian dunia. Permintaan produk baja di dalam negeri pun mengalami penurunan, oleh karena itu PT Tata Metal Lestari, produsen Baja Lapis Alumunium Seng (BJLAS) dan Baja Lapis Seng (BJLS) memilih menjajakan produknya ke pasar baru.

Produsen baja dalam negeri yang berlokasi di Kawasan Industri Delta Silicon Cikarang ini, untuk pertama kalinya mengekspor produk mereka ke beberapa negara, di antaranya Amerika, Puerto Rico dan Kanada.

Direktur Industri Logam Kementerian Perindustrian, Dini Hanggandari pun mengapresiasi keberhasilan ini. Ia mengatakan, langkah ekspor merupakan langkah yang sangat tepat. Pasalnya saat ini utilisasi baja tengah menurun hingga 50% karena pemerintah tengah terfokus dalam penanganan virus corona.


Baca Juga: Gunawan Dianjaya Steel (GDST) mampu cetak cuan Rp 26,8 miliar di 2019

Namun sesuai tupoksi, Kemenperin tetap mengawal industri-industri baja agar tetap berjalan sehingga perekonomian tetap berdenyut. Pada dasarnya kalau untuk baja ini dibutuhkan untuk pemenuhan permintaan dalam negeri sendiri. Tapi jika ekspor dilakukan oleh industri yang produknya secara suplai sudah memenuhi kebutuhan dalam negeri, ekspor bisa sebagai diversifikasi pasar.

"Jadi itu (ekspor) memang kita dorong. Karena sekarang kan untuk produk hilir demandnya sedang berkurang. Karena orang perbelanjaan banyak ke obat-obatan, masker dan segala macam. Jadi kita berharap adanya diversifikasi pasar dengan melakukan terobosan ekspor. Jadi kita harapkan dengan adanya ekspor ini industri dapat bertahan dalam situasi seperti sekarang ini,” ujarnya dalam siaran pers, Kamis (9/4)

Dini menambahkan, guna mendorong terobosan ekspor ini pemerintah juga telah melakukan berbagai cara yang dapat memudahkan pelaku industri baja menembus pasar mancanegara. Selain menjamin suplai bahan baku dalam negeri sehingga rantai pasok tetap terjaga, pemerintah juga punya fasilitas FTA dengan negara mitra untuk menurunkan bea masuk produk dari Indonesia.

Selanjutnya mengenai standar yang dibutuhkan untuk menembus pasar ekspor Dini menjelaskan, pada dasarnya SNI produk baja yang disusun dalam negeri sebagian besar juga sudah mengacu pada standar internasional.

“SNI yang disusun dalam negeri sebagian besar sudah mengacu pada standar JIS dan ASTM. Sehingga secara umum standar internasional dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri apabila industri tersebut sudah memenuhi SNI,” lanjutnya.

Sementara itu, Stephanus Koeswandi, Vice Presiden PT Tata Metal Lestari menuturkan ekspor perdana dilakukan pada Rabu (8/4) kemarin dengan total nilai BJLAS dan BJLS yang diekspor kali ini mencapai 300 ton pada tahap awal. Namun untuk selanjutnya akan ditingkatkan menjadi 2000 ton hingga 3000 ton per bulan dengan nilai US$ 1,6 hingga US$ 2 juta.

Ia menambahkan, ekspor perdana ini menunjukan bahwa baja produksi PT Tata Metal Lestari yang merupakan 100% milik Indonesia (PMDN) terbukti bisa bersaing di pasar internasional dan memiliki standard mutu yang diakui secara internasional pula. Dengan pengalaman menjaga kualitas lebih dari 25 tahun, Tata Metal Lestari yang merupakan anak perusahaan dari Tatalogam Group memiliki komitmen dalam kualitas.

Ekspor perdana ini merupakan awal dari milestone bagi Baja Lapis Alumunium Seng dan Baja Lapis Seng produksi PT Tata Metal Lestari agar diterima di pasar global. Produk-produk yang diekspor tentu memiliki spesifikasi yang berbeda, dimana juga menggunakan standar mutu yang berbeda pula, yaitu ASTM (American standard), JIS dan European Standard.

"Ini merupakan tantangan tersendiri bagi produsen baja nasional guna menyesuaikan ke beberapa standard mutu internasional pada produknya,” jelasnya.

Ia berharap, langkah ekspor yang dilakukan PT Tata Metal Lestari juga dapat berkontribusi terhadap penerimaan Negara di tengah pandemi Covid-19 yang secara perlahan mengganggu roda perekonomian di semua lini.

“Ekspansi PT Tata Metal Lestari ke luar negeri serta penggunaan produk dalam negeri ini diharapkan dapat menurunkan defisit neraca perdagangan Indonesia, dan diharapkan akan memberikan kontribusi atau pengaruh yang positif terhadap devisa negara, utamanya di tengah menurunnya kondisi ekonomi dalam negeri akibat pandemi Covid-19," lanjutnya.

Dirinya mengapresiasi Kemenperin dan Kemendag karena keberhasilan ekspor perdana ini tidak lepas dari dukungan dua Kementerian tersebut baik dalam bentuk support kemudahan akses informasi untuk ekspor dan perijinan-perijinan yang dipermudah dengan sistim online. Diharapkan dengan dukungan kedua kementerian ini volume ekspor baja dapat ditingkatkan untuk menyeimbangkan neraca perdagangan, khususnya pada industri baja.

Baca Juga: Perusahaan swasta ini dikecualikan tetap boleh beroperasi saat pembatasan skala besar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat