KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Maluku Energi Abadi (MEA) dan PT Pertamina Gas (Pertagas) jalin kerjasama setelah meneken nota kesepahaman untuk rencana pemanfaatan gas hulu di kawasab Maluku pada Selasa (30/3). Kerjasama ini meliputi rencana pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) di Maluku dengan total kapasitas mencapai 500 MegaWatt (MW). Program ini diperkirakan menelan investasi mencapai Rp 12 triliun. Gubernur Maluku Murad Ismail mengungkapkan, kehadiran program ini bakal mendorong pengembangan Maluku menjadi salah satu pusat ekonomi Indonesia.
"Kami optimistis Maluku akan menjadi pusat ekonomi Indonesia berbasis maritim dan kepulauan di 2030 mendatang," jelas dia di Jakarta, Selasa (30/3). Sementara itu, Direktur Utama Maluku Energi Abadi Musalam Latuconsina menjelaskan, pengembangan program 550 MW ditargetkan berjalan untuk lima tahun ke depan. "Kami punya target sesuai dengan potensi gas yang ada di Pulau Seram itu bisa ekuivalen dengan 500 MW pada periode 2021 sampai 2025. Itu target kami," jelas dia. Musalam melanjutkan, nantinya sebagai tahapan awal ada sekitar 70 MW pembangkit PLTMG yang dapat dioptimalkan untuk menyerap pasokan gas dari sektor hulu. Potensi tersebut tersebar di Masohi sebesar 20 MW, Namlea sebesar 10 MW, Langgur 10 MW, dan Ambon sebesar 30 MW. Adapun, untuk tahapan awal ini akan memaksimalkan potensi gas blok Seram Non Bula dari satu sumur dengan produksi 15 MMSCFD.
Baca Juga: Pertagas dan BUMD Maluku kerja sama program 500 MW dan pengembangan TKND Sementara itu, Direktur Utama Pertagas Wiko Migantoro mengungkapkan peran pihaknya yakni di sisi komersial dan menyusun pola infrastruktur paling efisien dalam monetisasi gas. "Akan lebih baik kalau gas sekitar Maluku kami monetisasi," jelas dia. Wiko menambahkan, dari pemetaan awal untuk pasar potensial saat ini didominasi sektor kelistrikan dan juga industri kayu lapis serta pusat bisnis seperti mall. Adapun, potensi untuk sektor kelistrikan dan industri kayu mencapai 3 MMSCFD hingga 5 MMSCFD. Wiko juga melanjutkan, jika didukung kebijakan daerah maka optimasi gas juga bisa dilakukan untuk sektor transportasi.
Sementara itu dari sektor hulu ada sekitar 3 TCF temuan gas yang bisa dikembangkan. "Akan tetapi ini tidak bisa jadi apa-apa kalau misalnya
market belum terbentuk," lanjut Wiko. Adapun, berkaitan dengan pemanfaatan gas saat ini Pertagas memastikan masih melakukan kajian awal dimana dari produksi sebesar 1.700 barel minyak dari Blok Seram Non Bula diharapkan ada associated gas sekitar 2 MMSCFD hingga 3 MMSCFD yang masih dapat dimonetisasi. "Tahun ini kita Feasibility Study (FS) dulu, kalau sudah terkoneksi dengan
demand tahun ini pun kita siap untuk infrastruktur. Tapi kami jalankan dulu FS," pungkas Wiko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari