KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja PT Perusahaan Gas Negara Tbk (
PGAS) secara jangka panjang masih disokong oleh berbagai proyek strategis. Emiten afiliasi Pertamina ini salah satunya akan menyediakan pasokan gas lewat impor gas alam cair (LNG). Analis Panin Sekuritas, Rizal Rafly memandang positif PGAS seiring upaya peningkatan volume penjualan dan transmisi gas. Emiten pelat merah ini juga mengembangkan berbagai Proyek Strategis Nasional (PSN), serta mendukung penyelesaian masalah interkoneksi. Rafly memaparkan bahwa PGAS tengah menghadapi potensi penurunan pasokan gas dari Blok Medco Corridor yang akan turun menjadi 129 BBtud pada 2028 dari sebelumnya sebesar 410 BBtud untuk 2024-2028. Potensi defisit gas tersebut memaksa PGAS untuk mempertimbangkan impor LNG, serta mencari potensi gas dari
upstream sebagai opsi untuk menutupi defisit.
‘’Penurunan pasokan juga dipengaruhi oleh pengalihan seluruh produksi Blok Corridor untuk kebutuhan domestik, menyusul amandemen kontrak yang meniadakan kuota ekspor,’’ kata Rafly kepada Kontan.co.id, Senin (2/12).
Baca Juga: PGN Garap Proyek-Proyek Strategis Gas Pipa Hingga LNG Sebagai hasilnya, PGAS telah menambah pasokan LNG domestik dari PT Donggi-Senoro LNG melalui kontrak jangka 5 tahun. Pengiriman awal dari kontrak tersebut sebesar 3,159 mmbtu pada September 2024, guna memastikan keberlanjutan pasokan energi di tengah penurunan
output lapangan gas di Sumatra dan Jawa. Penambahan pasokan ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan energi di wilayah Jawa Barat, Sumatra Selatan, dan Tengah, guna mendukung permintaan sektor industri dan komersial yang mencapai sekitar 50 BBTUD. Rafly mencermati, dengan target volume niaga 2024 sebesar 954 bbtud, strategi PGAS menambah pasokan tersebut juga merupakan langkah untuk mengatasi penurunan produksi gas alam dan mendukung transisi energi menuju target net zero emission pada 2060. Perlu diketahui, bahwa saat ini PGAS memasok sebanyak 2 kargo LNG untuk mengatasi pengurangan suplai dan berencana memasok sekitar 28 kargo LNG pada 2025. Selain itu, PGAS melalui Pertagas telah bersinergi dengan PT Pertamina Patra Niaga untuk membangun Pipa BBM Cikampek-Plumpang dengan skema Build-Maintenance-Transfer (BMT) dan jangka waktu 10 tahun masa pengoperasian. Langkah ini dinilai dapat mengamankan pendapatan PGAS selama 10 tahun yang rencananya Comercial Operation Date (CoD) pada kuartal I-2027, dengan volume 4,6 miliar per tahun dengan diameter 96 km/16. Secara keseluruhan, proyek Jaringan Gas (Jargas) PGAS telah mencapai 81% pada progress konstruksi, dengan progress dari konstruksi pipeline sepanjang 2.076 km (93%) dan 118.327 koneksi SR/house sudah terpasang sejak 2021, dengan melewati 36 kota/kabupaten dan 16 area penjualan. PGAS berencana untuk melakukan gasifikasi atas kilang RU IV Cilacap yang sejalan juga dengan Pembangunan pipa gas Cirebon-Semarang, dengan rencana CoD pada 2025 atau kuartal kedua 2026, dengan volume sebesar 36 MMSCFD, diameter 116 km/18”. Di samping itu, PGAS juga merencanakan revitalisasi LNG Hub di Arun dan pengembangan LNG Bunkering di Bontang untuk mendukung efisiensi pengiriman gas.
Emiten pelat merah ini juga mengerjakan proyek Pipa Gas Cisem Tahap II dengan anggaran Rp2,7 triliun dari APBN yang bertujuan menghubungkan jaringan gas bumi sepanjang 245 km dari Jawa Timur ke Sumatra dan Jawa Barat. Proyek ini diharapkan selesai pada kuartal I-2026 dan mengatasi ketergantungan pada impor LPG, mengingat harga gas dari jaringan pipa jauh lebih murah daripada LPG. Adapun harga LPG 3 kg saat ini berkisar Rp21.000-25.000 per tabung, sementara gas jaringan bisa lebih murah hingga 50%. Dengan begitu, proyek Gas Cisem ini akan meningkatkan pasokan energi untuk industri seperti Kilang Balongan dan Pupuk Kujang, yang berpotensi mendongkrak produktivitas industri di wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah. ‘’Kami harapkan proyek tersebut akan menyelesaikan masalah interkoneksi perseroan di Pulau Jawa, dimana pada Proyek Tahap I telah selesai dibangun pada 2023 lalu dan sudah beroperasi untuk memasok kebutuhan gas bumi di Kawasan Industri Kendal dan Batang,’’ tutur Rafly. Dari sisi kinerja, Rafly menilai, pendapatan PGAS masih sejalan dengan ekspektasi yang mencatatkan US$978 juta di kuartal ketiga atau meningkat 9,9% qoq dan 7,7%yoy. Hasil tersebut membuat total pendapatan Januari-September meningkat jadi US$ 2,8 miliar yang meningkat 4,7% yoy. Sementara itu, PGAS mencatatkan laba bersih kuartal ketiga meningkat 17,3% qoq dan 44,4% yoy ke level US$ 77 juta, membawa laba bersih kumulatif naik 32,7% yoy menjadi US$ 263 juta. Capaian positif ini seiring PGAS tidak lagi mencatatkan provisi atas sengketa pajak atas kasus Gunvor yang periode Januari-September tahun lalu tercatat sebesar -US$ 29,9 juta.
Dengan berbagai faktor tersebut, Rafly menyarankan
Buy untuk PGAS pada target harga sebesar Rp 1.900 per saham. Namun perlu dicermati potensi peningkatan
cash cost dari ketergantungan terhadap LNG yang semakin besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih