Garap tambang emas Poboya, BRMS siapkan US$ 150 juta



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) mulai menggeliat. Entitas usaha milik Grup Bakrie itu bakal memulai pengembangan proyek pertambangan emas Poboya di Palu Sulawesi Tengah.

"Nilai investasi pengembangan ini sekitar US$ 150 juta," ujar Chief Executive Officer (CEO) BRMS Andrew Neale, Senin (26/2).

Dana sebesar itu akan digunakan untuk penambangan bawah tanah, pembangunan infrastruktur, dan fasilitas pengolahan untuk memproses 600.000 ton bijih emas per tahun. Setelah konstruksi dimulai, dibutuhkan waktu dua tahun untuk mencapai produksi awal. Perlu ada waktu tambahan 18 bulan untuk tambang bawah tanah.


Setelah berproduksi penuh, dengan harga emas saat ini sebesar US$ 1.300 per ons, proyek ini diharapkan dapat menghasilkan pendapatan kotor sekitar US$ 100 juta per tahun.

Andrew belum merinci kapan dan dari mana sumber dana akan didapat. BRMS saat ini tengah dalam proses melakukan penggalangan dana itu. Yang jelas, proyek Poboya sudah memperoleh izin konstruksi selama tiga tahun dan izin produksi selama 30 tahun dari pemerintah sejak November 2017.

Proyek Poboya memiliki cadangan berdasarkan Joint Ore Reserve Committe (JORC) atau emas yang dapat ditambang secara ekonomi, sebesar 657.000 ons (3,43 juta ton dengan kadar 5,96 gram/ ton). Proyek ini juga memiliki sumber daya berdasarkan JORC, sebesar 930.000 ons (6,71 juta ton dengan kadar 4,32 gram/ ton)

"Kami sangat berterimakasih kepada seluruh pemangku kepentingan atas dukungannya untuk kemajuan proyek ini," kata Andrew.

Lanjut Andrew, perusahaan terus mengembangkan seluruh proyek. Diantaranya, proyek timah Dairi di Sumatra Utara (kepemilkan 80%), tembaga dan emas di Gorontalo (kepemilikan 80%), dan proyek Poboya di Sulawesi Tengah (kepemilikan 97%). “Proyek emas Poboya mengalami kemajuan yang signifikan dan diharapkan dapat segera berproduksi,” katanya dalam keterangan resmi, Senin (26/2).

Neale berharap pihaknya dapat bekerja sama dengan regulator di tingkat nasional dan daerah untuk selanjutnya dapat menerapkan perubahan ini dan membangun proyek kelas dunia di Palu. BRMS menyatakan segera beralih dari perusahaan eksplorasi dan aset pertambangan menjadi perusahaan produksi yang aktif melalui pengembangan dari tiga proyek eksplorasi tahap akhir di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini