Garuda Berjangka: Rupiah masih akan melemah di akhir pekan ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim menilai, arus modal sedang terkonsentrasi di pasar surat utang pemerintah AS, sehingga aset berisiko seperti rupiah terkoreksi saat ini.

Mengutip Bloomberg, pada Kamis (28/3) rupiah pasar spot ditutup melemah 0,25% menjadi Rp 14.243 per dollar AS. Sementara dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) rupiah terkoreksi 0,37% di level Rp 14.255 per dollar AS.

Tingginya aliran modal ke pasar obligasi membuat yield bergerak turun di hampir seluruh tenor. Nah, ini yang mengkhawatirkan karena yield tenor tiga bulan dan sepuluh tahun sama-sama turun.


Jarak keduanya semakin jauh. Masih terjadi inversi, di mana yield untuk tiga bulan lebih tinggi ketimbang sepuluh tahun.

“Dalam lima puluh tahun terakhir, setiap resesi di Negeri Adidaya diawali dengan inversi yield di dua seri tersebut,” kata Ibrahim kepada Kontan, Kamis (28/3).

Oleh karena itu, kekhawatiran soal ancaman resesi yang sempat redup kini berkobar kembali. Maka dalam beberapa waktu ke depan tak ayal jika dollar AS masih bisa melempem.

Pasar juga bereaksi negatif terhadap rilis data transaksi berjalan (current account) AS. Sepanjang 2018, AS membukukan defisit transaksi berjalan sebesar US$ 4,88,5 miliar atau 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Ini merupakan defisit terdalam sejak 2008.

Prospek transaksi berjalan pada kuartal I-2019 juga tidak terlalu cerah karena defisit neraca perdagangan yang lumayan dalam pada Januari. Pada bulan pertama 2019, AS mencatatkan defisit neraca perdagangan sebesar US$ 51,1miliar. Aura perlambatan ekonomi semakin nyata

Komentar dovish dari Gubernur European Central Bank (ECB) Mario Draghi mengirim sinyal mengkhawatirkan tentang melambatnya pertumbuhan ekonomi zona euro dan kemungkinan akan menggelontorkan stimulus kembali guna untuk menstabilkan ekonominya pasca brexit dan perang dagang AS-China yang sampai saat ini belum ada penyelesaian.

Sebelumnya, Draghi mengatakan ECB dapat menunda menaikkan suku bunga dan masih memiliki alat lain yang tersedia untuk mendukung perekonomian. Namun, dia mengakui bahwa zona Euro sedang mengalami penurunan permintaan eksternal yang terus-menerus.

Di sisi lain, Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) mempertahankan suku bunga ditahan pada hasil pertemuan kebijakan terbarunya, tetapi mengatakan pergerakan suku bunga berikutnya kemungkinan akan turun.

Menyusul perubahan tak terduga dari bank sentral dalam panduan ke depan, ekonom dari ANZ mengatakan RBNZ kemungkinan akan menurunkan suku bunga pada bulan November tahun ini, sementara pemotongan sebelumnya juga dimungkinkan.

Tawaran oleh Perdana Menteri (PM) Inggris, Theresa May dalam voting, Rabu (28/3) untuk mendapatkan kesepakatan perceraian Uni Eropa ditolak Parlemen Inggris. Sehingga ada kemungkinan May akan mengundurkan diri.

Sebelumnya, May telah mengakui bahwa dia tidak memiliki dukungan untuk menempatkan kesepakatan penarikan Brexit pemungutan suara ketiga. Inggris memiliki waktu hingga 12 April di mana Inggris dapat meminta perpanjangan atau pergantian paket kesepakatan.

Pada 28-29 Maret, AS dan China akan menggelar negosiasi dagang di Beijing, mempertemukan Kepala Perwakilan Dagang AS, Robert Lighthizer, Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin dengan Wakil Perdana Menteri China. Liu He. Negosiasi dagang kedua negara kemudian akan dilanjutkan pada awal bulan April di Washington.

Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal China senilai US$ 250 miliar, sementara China membalas dengan mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal AS senilai US$ 110 miliar.

“Jika kesepakatan dagang tak juga bisa diraih, maka perang dagang keduanya justru akan tereskalasi dan semakin memukul laju perekonomian dunia,” tutur Ibrahim.

Dalam transaksi Jumat (28/3) rupiah kemungkinan masih akan melemah dan ditransaksikan di rentang Rp14.204-Rp 14.270 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto