Garuda (GIAA) buka suara soal tarif sewa, nego dengan lessor dan jumlah pesawatnya



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) terus membuat berita. Pacsa mencuat informasi atas mahalnya tarif sewa maskapai milik negara dari mantan komisaris Garuda Peter Gontha, kini Garuda membuat pengumuman baru menjawan pertanyaan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Sebagai perusahaan terbuka, Garuda (GIAA) kini memang relatif irit langsung bicara. Nah yang  terbaru adalah: manajemen Garuda menjawa pertanyaan otoritas terkait harga  pesawar, negosiasi dengan para lessor, perkembangan negosiasi serta nasib pesawat. 

Lewat keterbukaan informasi, Rabu (2/11), Garuda (GIAA) menyebut bahwa  harga sewa pesawat Garuda pada dasarnya didasari oleh nilai sewa yang berlaku di tahun dimana pesawat tersebut diakuisisi dengan mempertimbangkan jangka waktu sewa, tahun pembuatan, dan konfigurasi pesawat. 

Alhasil, bila harga sewa pesawat Garuda (GIAA) dibandingkan dengan harga sewa yang berlaku di pasar/market saat ini pasti akan lebih tinggi untuk faktor pembanding yang sama. 

Selain itu, harga sewa di pasar akan menurun diantaranya seiring bertambahnya usia pesawat, kondisi pasar, dan kondisi teknis pesawat tersebut. 

“Saat ini kami sedang melakukan renegosiasi sewa pesawat kepada lessor sebagai bagian dari upaya restrukturisasi Garuda (GIAA), termasuk menjajaki kemungkinan opsi skema sewa pesawat yang lebih ekonomis dengan memperhatikan kondisi referensi pasar,” tulis pengumuman resmi perusahaan. (3/11)

Pertanyaan ini nampaknya sekaligus menjawab informasi yang dilontarkan mantan komisaris Garuda Peter Gontha yang menyebut kalau harga sewa pesawat Garuda kelewat mahal. 

Baca Juga: Izin terbang berjadwal keluar, Pelita Air ditargetkan terbang awal 2022

Dia mencontohkan sewa Boeing 777 yang harga pasarannya US$ 750.000 per bulan, disewa Garuda dengan tarif dua kali lipat yakni US$ 1,4 juta.

Lebih lanjut, manajemen Garuda juga menyebut, dari 8 jenis armada pesawat yang disewa disesuaiakan dengan perencanaan perusahaan yang harapannya dapat mendorong peningkatan standar pelayanan dalam kaitan dengan pemenuhan standar full-service pada lingkup global, sementara harga pasar adalah harga yang mengasumsikan pesawat diperoleh dengan spesifikasi standar pabrikan.

 “Disamping itu, variasi metode akuisisi beberapa pesawat yang dilakukan oleh Perseroan pada saat itu turut mempengaruhi harga sewa secara keseluruhan,” sebut Garuda. 

Tak hanya itu saja, Garuda juga menyebut saat ini ada 39 lessor yang menandatangani Non Disclosure Agreement (NDA). Konsekuensi dari ditekennya NDA oleh para lessor, mereka dapat mengakses rencana bisnis dan restrukturisasi yang dilakukan Garuda (GIAA). 

NDA adalah perjanjian yang digunakan untuk menjaga informasi yang bersifat rahasia. Berdasarkan pasal 1320 KUH Perdata, NDA harus memenuhi 4 (empat) syarat, yaitu sepakat yang mengikatkan diri, kecakapan dalam perikatan hingga sepakat terikat pada hal tertentu. 

Baca Juga: Begini Babak Baru Penyelamatan Garuda Indonesia (GIAA)

VP Corporate Secretary & Investor Relations Garuda Indonesia Mitra Piranti dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI) itu juga  menyebut, saat ini, Garuda dalam tahap finalisasi rencana restrukturisasi dengan para konsultan yang telah ditunjuk oleh  perusahaan. 

Sejalan dengan finalisasi rencana restrukturisasi tersebut, Garuda Indonesia juga akan meminta proposal dari para lessor yang akan dijadikan pertimbangan bagi Garuda dalam memfinalkan proses restrukturisasi.

"Kami terbuka untuk proposal yang dapat menguntungkan secara ekonomi bagi perusahaan,” sebut manajemen Garuda. 

Dalam proposal tersebut meliputi informasi mengenai jumlah dan jenis pesawat yang diajukan dan persyaratan pembayaran.

Bursa juga menanyakan data pada Juni 2021 jumlah pesawat yang disewa Garuda sebanyak 136 dan sebanyak 43 serviceable. Adapun per Agustus 2021 memiliki 129 pesawat sewa dan 53 masih dapat dioperasikan. 

Garuda mengaku, saat ini mengoperasikan 119 pesawat sewa, selain enam pesawat milik Garuda dengan jenis A330-300. Jumlah ini berkurang dari posisi Juni 2021 sebanyak 136 pesawat sewa.

Penurunan jumlah pesawat sewa disebabkan oleh pengembalian beberapa pesawat kepada lessor (early termination).

Adapun status pesawat yang saat ini tidak digunakan untuk operasional adalah dalam proses maintenance/ perawatan sesuai prosedur yang berlaku.

Rincian pesawat-pesawat sewa tersebut antara lain; 

  • B737-800 sebanyak 57 pesawat, 
  • CRJ1000 sebanyak 18 pesawat, 
  • ATR72-600 sebanyak 13 pesawat,
  •  B777-300 sebanyak 10 pesawat, 
  • A330-300 sebanyak 11 pesawat, A330-200 sebanyak 7 pesawat, dan 
  • A330-900 sebanyak 3 pesawat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Titis Nurdiana