Garuda (GIAA) Meneken Pembiayaan Bagi Hasil Rp 750 Miliar



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) baru saja menandatangani kerja sama Fasilitas Pembiayaan Restorasi Armada Dengan Skema Bagi Hasil bersama PT Perusahaan Pengelolaan Aset (PPA). 

Garuda menerima fasilitas pembiayaan dengan nilai hingga Rp 725 miliar melalui skema bagi hasil yang akan berlangsung selama 5 tahun.

Garuda akan menggunakan dana ini untuk mengoperasikan kembali armada dalam kondisi siap beroperasi (serviceable) setelah sebelumnya armada tersebut sempat tidak beroperasi di tengah proses restrukturisasi kewajiban usaha, termasuk negosiasi bersama lessor. Selain itu, dana digunakan juga untuk pemeliharaan spare part pesawat seperti mesin, APU, shipping part, dan berbagai komponen pesawat lainnya.


Baca Juga: Menteri BUMN Minta 84 BUMN Beri Dukungan Implementasi Program Kendaraan Listrik

Pengamat industri penerbangan Alvin Lie menilai, kerja sama antara Garuda Indonesia dan PPA ini merupakan langkah GIAA untuk bersaing kembali. Pasalnya, rute penerbangan yang menjadi bagi hasil merupakan rute yang ramai dilintasi.

"Langkah ini untuk memperkuat daya saing Garuda. Terutama rute tersebut tergolong rute gemuk yang dimaksud sebagai rute banyak penumpang & menguntungkan," ucap Alvin dalam pesan singkat, Senin (19/9).

Seperti diketahui bahwa perjanjian Garuda dan PPA tersebut diimplementasikan secara bertahap pada sejumlah rute yang akan dijadikan skema kerja sama bagi hasil, di antaranya adalah rute Jakarta-Surabaya-Jakarta, Jakarta-Makassar-Jakarta serta Jakarta-Jayapura-Jakarta.

Meskipun progres yang diciptakan masih minim namun Garuda Indonesia diharapkan terus bergerak mencapai kinerja yang lebih baik. Hal ini lantaran Garuda Indonesia merupakan wajah maskapai nasional.

Baca Juga: Pandemi Mulai Reda, Bengkel GMF Aero Asia (GMFI) Sudah Kebanjiran Order

Pengamat Pasar Modal sekaligus Direktur Avere Investama Teguh Hidayat menuturkan bahwa Garuda Indonesia harus diselamatkan meski proses kebangkitan kinerja bakal berat dan berlangsung lama.

"Mungkin memang kerja sama tersebut menciptakan suatu progres, tapi belum bisa dibilang setelah ini urusan selesai. Tidak bisa secepat itu, kita harus lihat 1-2 tahun ke depan," ungkap Teguh kepada Kontan.

Hanya saja, Teguh menilai proses pemulihan kinerja bakal berlangsung lama. Hal itu karena masalah yang dihadapi oleh Garuda Indonesia begitu kompleks. Bukan hanya karena pandemi, namun turunnya kinerja GIAA akibat adanya korupsi dalam jumlah besar.

Baca Juga: Cermati Emiten Pelat Merah yang Berkinerja Hijau dan Layak Dikoleksi

Selain itu, inflasi juga menjadi tantangan bagi Garuda Indonesia. Meskipun penerbangan sudah pulih, namun fluktuasi harga bahan bakar pesawat avtur juga bisa memberatkan kinerja GIAA ke depannya. Keterisian pesawat juga dikhawatirkan berkurang karena turunnya kemampuan finansial masyarakat.

Dari prospek saham, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengapresiasi langkah GIAA untuk menggenjot kembali bisnis. Hal ini diharapkan investor bisa membuka kembali saham Garuda Indonesia yang tengah digembok.

Dengan catatan, perlu adanya arus kas keuangan positif yang dicetak oleh Garuda Indonesia. Sehingga, dapat melindungi hak para investor yang menggenggam saham GIAA.

"Jika ingin dibuka harus ada kalkulasi, dimana jangan sampai pergerakan harga saham mengalami depresiasi signifikan. Timing-nya mesti tepat," jelas Nafan.

Asal tahu saja, saham GIAA telah disuspensi dari 18 Juni 2021 silam berkaitan dengan penundaan pembayaran kupon sukuk, selanjutnya batas maksimal suspensi saham GIAA pada 18 Juni 2023 mendatang. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati