Garuda Indonesia: Kenaikan tarif akan dilakukan secara bertahap



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Maskapai penerbangan Garuda Indonesia mulai terpengaruh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Terkaparnya mata uang garuda membuat ongkos produksi menjadi naik. 

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia, Helmi Imam Satriyono mengatakan, salah satu pos beban yang meningkat adalah biaya yang harus dibayarkan perusahaan ke Airnav dan operator bandara. “Karena navigasi kan pakai dollar,” katanya kepada Kontan.co.id pada Senin (23/7).

Upaya efisiensi perusahaan pun bakal jadi fokus ekstra perusahaan karena pelamahan dollar yang kerap terjadi. Padahal Garuda Indonesia sedang memiliki pekerjaan rumah dalam efisiensi keuangan.


Dari laporan keuangan perusahaan per 31 Maret 2018 mencatat, perusahaan ini mampu meningkatkan pendapatan dari US$ 910 juta di kuartal I-2017 menjadi US$ 983 juta di kuartal I-2018. Sementara beban hanya naik sedikit dari US$ 1,024 miliar di kuartal I-2017 menjadi US$ 1,059 di kuartal I-2018.

Salah satu strategi perusahaan yang dilakukan adalah berusaha meningkatkan pendapatan pada rute-rute internasional. Rute internasional yang bakal jadi andalan adalah rute yang membawa penumpang dari Tiongkok menuju ke Indonesia. “Pasar wisatawan dari Tiongkok ini sedang besar khususnya ke Denpasar,” jelas Helmi.

Tentu saja, penumpang Singapura yang menuju Jakarta juga akan tetap dijaga karena sejauh ini bagi Garuda berkontribusi positif pada pendapatan. “Amsterdam juga bagus,” tambahnya.

Untuk rute domestik, tak bisa dipungkiri bahwa kenaikan biaya operasional bakal berdampak pada naiknya tarif tiket pesawat. Kenaikan tarif disebut Helmi bakal terjadi secara bertahap.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .