KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (
GMFI) sedang fokus melakukan diversifikasi bisnis. Hal itu dilakukan sebagai langkah strategi untuk pemulihan kinerja, menangkap peluang yang berkembang di tengah pandemi, serta memperbesar alternatif pendapatan usaha Perseroan dari segmen non-aviasi. Rian Fajar Isnaeni,
VP Corporate Secretary & Legal GMFI mengungkapkan diversifikasi bisnis itu dilakukan melalui penetrasi ke segmen perawatan pesawat
wide body milik operator kargo,
preighter (
passenger-
freighter),
business/private jets, aktivitas
end of lease, defense industry, serta
power servic
es. “Penerapan PPKM dan pembatasan perjalanan masih menjadi tantangan bagi GMF dan maskapai sebagai pelanggan utama Perseroan. Harus diakui bahwa pada tahun ini, GMF belum dapat memulihkan kinerja ke level pra pandemi,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (2/11)).
Oleh karena itu, perseroan juga saat ini fokus untuk memastikan strategi pemulihan kinerja terimplementasi secara maksimal, serta menangkap peluang-peluang yang muncul di tengah pandemi. Strategi-strategi yang dicanangkan Perseroan juga bertujuan untuk mengurangi tekanan likuiditas dan memperbaiki posisi keuangan Perseroan. Hal tersebut dilakukan melalui kebijakan pengelolaan arus kas dan likuiditas. Adapun perseroan juga melakukan penundaan pengeluaran belanja modal atau capex pada proyek-proyek pengembangan yang belum menjadi prioritas. “Namun capex sendiri bersumber dari operasional perusahaan dan difokuskan untuk projek-projek yang bersifat kritikal serta menghasilkan return yang cepat untuk meminimalisasi risiko,” ungkapnya.
Baca Juga: Dorong pemulihan perawatan pesawat, Garuda Maintenance (GMFI) kerja sama dengan AP I Sementara berdasarkan catatan KONTAN, GMFI sendiri menyiapkan capex sebesar US$ 5 juta yang akan difokuskan untuk diversifikasi bisnis. Sayang, untuk target pertumbuhan di akhir tahun belum dapat disampaikan oleh perseroan. Namun yang pasti, GMFI optimistis mampu mencatatkan EBITDA positif pada kuartal empat tahun 2021. Sebagai informasi, hingga semester I-2021, perseroan mencatatkan penekanan rugi bersih perseroan hingga 72,4% menjadi US$ 27,4 juta dari sebelumnya sekitar US$ 99 juta di semester I-2020. Penurunan rugi bersih itu menyusul dilakukannya inisiatif-inisiatif efisiensi dan terjadinya penurunan aktivitas produksi yang memangkas beban usaha hingga separuh atau mencapai 49,8% yakni menjadi US$ 134 juta di semester I-2021 dari sebelumnya US$ 267 juta di periode yang sama di tahun 2020.
Di samping itu, Perseroan juga telah memperkecil penurunan bersih kas dan setara kas dari sebelumnya US$ 18,4 juta pada paruh pertama 2020 menjadi US$ 4,3 juta pada semester I-2021. Ia bilang, di sepanjang paruh pertama tahun ini, Perseroan juga membuka diri dan beradaptasi dengan segmen bisnis potensial yang tumbuh di tengah pandemi seperti pesawat kargo,
project redelivery dan industrial gas
turbine engine guna mengimbangi pasar
commercial aviation yang masih tertekan. “Selain operator dalam negeri, GMF juga merawat maskapai asing di sejumlah negara, mulai dari Asia, Eropa, hingga Amerika. Di segmen non-aviasi, Perseroan juga tengah merambah perawatan generator milik Pertamina dan PLN Group,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .