TANGERANG. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk sepertinya tak ingin melewatkan potensi fulus sekecil apapun. Maskapai penerbangan pelat merah ini ingin membuka 25 rute penerbangan jarak pendek hingga akhir 2015. Pilihan rutenya adalah kota wilayah Indonesia Barat dan Indonesia Timur. "Kami perkirakan akhir tahun sampai 25 rute," kata Arif Wibowo, Direktur Utama PT Garuda Indonesia, kemarin (11/5). Untuk mewujudkan rencana, Garuda Indonesia akan belanja 15 pesawat jenis ATR 72-600. Manajemen maskapai itu tak menyebutkan alokasi investasinya. Namun pada Desember 2014, manajemen Garuda pernah bilang menyiapkan belanja modal sekitar US$ 350 juta untuk mendanai semua rencana kerja 2015. Belanja pesawat ATR termasuk di dalam rencana itu.
Nah, Garuda Indonesia memasukkan agenda penambahan rute jarak pendek dalam program Flight Explore. Tak cuma tahun ini, maskapai penerbangan itu pasang target hingga tahun depan. Pasca belanja 15 pesawat ATR 72-600 tahun ini, Garuda Indonesia akan belanja 10 pesawat sejenis pada 2016. Belanja pesawat tahun depan itu untuk mendukung rencana pembukaan 19 rute penerbangan jarak pendek. Dengan begitu, akhir tahun 2016 nanti, rencananya ada 44 rute penerbangan jarak pendek. "Kalau untuk penerbangan di tengah seperti Jawa atau konektivitas Sumatera dan Kalimantan belum terlalu banyak," terang Arif. Tahun ini, Garuda Indonesia berharap sudah bisa mencicipi fulus dari pembukaan rute penerbangan jarak pendek. Dari target mengangkut 25 juta penumpang tahun 2015, perusahaan berkode GIAA di Bursa Efek Indonesia itu menargetkan porsi penumpang rute penerbangan jarak pendek sebanyak 15%, atau sekitar 3,75 juta penumpang. Asal tahu saja, rencana pembukaan 25 rute penerbangan jarak pendek pada 2015 menjadi bagian dari rencana pembukaan total 42 rute hingga akhir tahun nanti. Sebanyak 39 rute hinggap di wilayah Indonesia Timur dan tiga rute hingga di wilayah Indonesia Barat. Hingga kini, Garuda Indonesia sudah menjangkau 53 rute penerbangan domestik. Sementara jumlah rute penerbangan internasional berjumlah 18 rute. Tiga Strategi Strategi penambahan rute itu tentu menjadi salah satu ikhtiar Garuda Indonesia memperbaiki kinerja. Patut dicatat, sepanjang tahun 2014 maskapai penerbangan itu mencatatkan kerugian bersih tahun berjalan US$ 371,97 juta. Padahal tahun 2013 untung US$ 13,58 juta. Tahun ini, catatan keuangan kuartal I-2015 tidak lagi merah. Di triwulan pertama itu, Garuda Indonesia mencatatkan untung US$ 12,41 juta. Sementara kuartal I-2014 maskapai penerbangan itu rugi US$ 166,18 juta.
Ada tiga katalis positif penunjang kinerja kuartal I-2015 yakni restrukturisasi rute, reposisi pesawat, dan penghematan anggaran mulai dari cross currency swap dan hedging fuel. Berkat ketiga strategi itu, rute penerbangan domestik Garuda Indonesia tumbuh hingga 12% dan rute penerbangan internasional tumbuh sekitar 17%. Selain itu, Garuda Indonesia juga menggenjot kinerja dari penerbangan carter atau sewa. "Ini salah satu cara untuk menghadapi krisis yang berat terutama di awal tahun yang biasanya low season,” ujar Arif. Pendapatan penerbangan carter Garuda Indonesia meningkat dari US$ 2,86 juta di kuartal I-2014 menjadi US$ 39,20 juta di kuartal I-2015. Penyumbang penerbangan carter terbesar berasal dari penerbangan ke 10 kota di China dan Jeddah. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto