JAKARTA. Kondisi perekonomian global lesu memaksa PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mengerem ekspansi. Maskapai plat merah ini memilih menunda pembukaan sejumlah rute baru internasional. Menurut Direktur Pemasaran dan Penjualan Garuda Indonesia Frederik Johannes Erik Meijer, Garuda menunda pembukaan rute ke Mumbay, India dan Manila. "Rute ke luar ke Mumbay dan Manila yang seharusnya dibuka Desember tahun ini, kami putuskan dievaluasi lagi," kata dia ke KONTAN, Rabu (6/8). Bila ekonomi global tahun depan membaik, Garuda baru akan memutuskan kelanjutan ekspansi rute internasional. Sambil menunggu, maskapai ini bakal memanfaatkan jaringan rute internasional (
code share) dari Sky Team.
Penggunaan code share antarmaskapai ini dinilai lebih menguntungkan karena Garuda perlu mengeluarkan biaya operasional pesawat tapi tetap mendapat pemasukan. Erik mencontohkan, untuk rute Mumbay, wisatawan asal Indonesia bisa memanfaatkan rute maskapai India, Jet Star. Menurut Erik, penerapan code share tersebut bisa menghemat biaya operasional perusahaan. "Dengan sistem ini, Jet Star yang akan mengeluarkan biaya operasi terbangnya. Nanti kalau hasilnya bagus baru kami membuka rute sendiri," timpalnya. Sayang, Erik tidak mau mengumbar pembagian hasil dari sistem code share dengan Jet Star ini. Yang jelas, potensi bisnis sistem ini sangat tergantung dari kesepakatan antara Garuda dengan masing-masing maskapai. Perkuat rute domestik Sambil menunggu perkembangan, Garuda Indonesia akan lebih fokus mengembangkan rute domestik. Erik mengaku sudah menyiapkan dua strategi khusus untuk menggarap potensi bisnis penerbangan di Tanah Air. Pertama, membuka rute yang menghubungkan daerah terpencil dengan memakai pesawat jet baling-baling ATR 72-600. Kedua, membuka penerbangan langsung antar kota-kota besar di Indonesia. "Sebenarnya ini sudah mulai kami lakukan pada semester satu tahun ini dan akan terus kami lanjutkan pada semester II ini," papar dia. Namun Erik masih merahasiakan rute domestik anyar yang bakal dibuka. Ia hanya mengatakan sejauh ini dua strategi tersebut cukup banyak menarik minat para penumpang Garuda. Ia mengambil contoh rute langsung antara Makasar–Yogyakarta yang hampir selalu penuh setiap penerbangannya. Selain mengerem ekspansi ke luar negeri, Garuda juga memutuskan untuk mengoreksi jumlah tambahan pesawat. Semula, perusahaan ini ingin mendatangkan sebanyak 27 pesawat di tahun ini. Namun dipangkas menjadi 24 pesawat saja. Langkah ini, lanjut Erik, adalah sesuatu yang lumrah bagi Garuda untuk lebih berhemat ditengah kondisi ekonomi global yang masih belum siuman.
Meski begitu, ia tidak sepenuhnya membenarkan bila sederetan rencana bisnis tersebut untuk mengantisipasi merosotnya kinerja keuangan GIAA di semester satu 2014. Asal tahu saja sampai akhir Juni 2014, kerugian Garuda Indonesia terbang tinggi menjadi US$ 211,74 juta atau hampir 20 kali lipat dari kerugian di periode serupa tahun lalu yang masih US$ 10,92 juta. Beban operasional yang membengkak membuat pertumbuhan pendapatan sebesar 0,7% di semester satu menjadi sia-sia. Di periode tersebut, pendapatan Garuda tercatat US$ 1,74 miliar dari semester I-2013 yang sebesar US$ 1,73 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto