Garuda minta tarif batas bawah tiket dinaikkan



JAKARTA. PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mengajukan agar pemerintah mengevaluasi batas bawah tarif harga tiket. Hal ini dilakukan lantaran harga bahan bakar pesawat sudah mengalami peningkatan, sementara yield yang mereka terima mengalami penurunan di tengah ketatnya persaingan harga.

M Arief Wibowo, Direktur Utama Garuda Indonesia mengatakan harga bahan bakar avtur (fuel) sudah mencapai US$ 50 sen per liter. Sementara sepanjang tahun 2016, harga fuel masih di kisaran US$ 38 sen-US$ 40 sen per liter.

"Harga fuel dan fligh cost adalah beban dasar yang harus ditanggung maskapai. Dengan kenaikan US$ 50 sen, tarif bawah ini harus sudah dievaluasi," kata Arief di Jakarta, Rabu (22/3).


Garuda Indonesia telah mengajukan kepada pemerintah agar aturan tarif tiket segera dievaluasi sejak tahun lalu. Menurut Arief, dengan harga fuel yang ada saat ini tarif batas bawah harusnya sekitar 30% atau minimal 45%.

Menurutnya, tarif bawah harga tiket yang berlaku saat ini sudah teralu rendah. Inilah yang membuat persaingan harga kian ketat yang berimbas pada penurunan yield di industri penerbangan.

Sejak tahun 2012 hingga 2016, yield industri penerbangan di Asia Pasifik tertekan meskipun trafik masih mengalami peningkatan. Yield tahun 2012 masih berada di posisi 9,6% per kilometer (km). Tahun berikutnya terus mengalami penurunan hingga mencapai 6,2% tahun 2016.

Arief mengungkapkan yield Garuda memang masih lebih tinggi dari rata-rata industri namun sejak tahun 2012 sudah mengalami penurunan yang cukup besar. "Tahun 2012 yieldnya Garuda masih 9,7% dan tahun 2016 turun menjadi 6,9%," jelas Arief.

Dia mengklaim, penurunan yield tersebut yang menjadi penyebab turunnya kinerja Garuda di sepanjang tahun 2016. Sebab dari sisi trafik, perusahaan masih mencatat pertumbuhan. Jumlah penumpang Garuda secara konsolidasi meningkat 6,2% menjadi 35 juta.

Asal tahu saja, sepanjang tahun 2016, GIAA hanya mampu mengantongi laba bersih US$ 9,4 juta, merosot 88% dari tahun 2015 yang tercatat sebesar US$ 78 juta. Namun pendapatannya masih tercatat tumbuh1,3% dari US$ 3,81 miliar menjadi US$ 3,86 miliar tahun 2016.

Tahun ini, Garuda memperkirakan jumlah penumpang masih akan tumbuh 10%. Perusahaan melihat tantangan terbesar hanya ada pada yield saja. "Garuda tetap menjaga gap 30%-40 % di atas pesaing. Kalau harga rata-rata tiket Garuda di domestik di atas Rp 900.000. Kalau yang lain Rp 500.000. Saya kira Garuda masih menjaga gap Rp1,3 juta -Rp 1,4 juta terhadap kompetitor," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie