JAKARTA. Naiknya ongkos naik haji yang mencapai Rp 16,7 juta per jamaah dengan maskapai penerbangan Garuda Indonesia sontak menjadi masalah, sehingga pemerintah masih membicarakan jalan keluar terbaik. Bisa jadi malah memberi kesempatan kepada maskapai lain untuk masuk. Menanggapi hal tersebut, menurut Direktur Utama PT Garuda Indonesia Emirsyah Satar, sebenarnya pihak tidak masalah bila maskapainya hanya memperoleh margin keuntungan 5% dari angkutan haji tahun ini. Meski sebelumnya margin keuntungan yang diminta adalah 10%. “Saya rasa, jika diturunkan menjadi 5% masih mungkin. Tahun lalu saja, margin kami tidak sampai 3%. Jadi, kami tidak masalah untuk mengurangi biaya penerbangan yang dibebankan kepada jemaah,” katanya. Mengenai tarif yang ditawarkan Garuda kepada pemerintah, Emirysah tidak memberikan jawaban. Menurutnya, tarif angkutan haji yang ditawarkan Garuda sangat tergantung pada naik turunnya bahan bakar pesawat atau avtur. Namun, menurut Emirsyah, secara umum Garuda lebih siap dibandingkan dengan calon maskapai haji lainnya, karena telah memiliki pengalaman menjadi penyedia angkutan haji bertahun-tahun.Sementara pihak Lion Air menyatakan, belum siap melayani penerbangan jemaah haji tahun tahun ini meskipun telah ada penawaran dari Komisi VIII DPR. “Kami belum siap. Waktunya sudah mepet,” ungkap Corporate Secretary Lion Air Budi Tanjung.Namun, jika diberikan kesempatan pada tahun depan, pihaknya akan bersedia untuk melayani jamaah haji pergi-pulang dari Arab Saudi. Untuk itu, mulai saat ini Lion Air akan mempelajari dan melakukan segala persiapan untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi jamaah haji.Berbeda dengan Batavia Air. Maskapai ini siap mengambil alih pelayanan penerbangan haji untuk 20.000 hingga 25.000 jemaah haji tahun ini. “Kami telah menyiapkan dua pesawat, yakni Airbus A330-300 atau Boeing 777-300,” kata Direktur Niaga Batavia H Pandiangan.
Garuda Tak Masalah Bila Hanya Untung 5% dari Angkutan Haji
JAKARTA. Naiknya ongkos naik haji yang mencapai Rp 16,7 juta per jamaah dengan maskapai penerbangan Garuda Indonesia sontak menjadi masalah, sehingga pemerintah masih membicarakan jalan keluar terbaik. Bisa jadi malah memberi kesempatan kepada maskapai lain untuk masuk. Menanggapi hal tersebut, menurut Direktur Utama PT Garuda Indonesia Emirsyah Satar, sebenarnya pihak tidak masalah bila maskapainya hanya memperoleh margin keuntungan 5% dari angkutan haji tahun ini. Meski sebelumnya margin keuntungan yang diminta adalah 10%. “Saya rasa, jika diturunkan menjadi 5% masih mungkin. Tahun lalu saja, margin kami tidak sampai 3%. Jadi, kami tidak masalah untuk mengurangi biaya penerbangan yang dibebankan kepada jemaah,” katanya. Mengenai tarif yang ditawarkan Garuda kepada pemerintah, Emirysah tidak memberikan jawaban. Menurutnya, tarif angkutan haji yang ditawarkan Garuda sangat tergantung pada naik turunnya bahan bakar pesawat atau avtur. Namun, menurut Emirsyah, secara umum Garuda lebih siap dibandingkan dengan calon maskapai haji lainnya, karena telah memiliki pengalaman menjadi penyedia angkutan haji bertahun-tahun.Sementara pihak Lion Air menyatakan, belum siap melayani penerbangan jemaah haji tahun tahun ini meskipun telah ada penawaran dari Komisi VIII DPR. “Kami belum siap. Waktunya sudah mepet,” ungkap Corporate Secretary Lion Air Budi Tanjung.Namun, jika diberikan kesempatan pada tahun depan, pihaknya akan bersedia untuk melayani jamaah haji pergi-pulang dari Arab Saudi. Untuk itu, mulai saat ini Lion Air akan mempelajari dan melakukan segala persiapan untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi jamaah haji.Berbeda dengan Batavia Air. Maskapai ini siap mengambil alih pelayanan penerbangan haji untuk 20.000 hingga 25.000 jemaah haji tahun ini. “Kami telah menyiapkan dua pesawat, yakni Airbus A330-300 atau Boeing 777-300,” kata Direktur Niaga Batavia H Pandiangan.